Penerapan proyeksi TM-3 derajat untuk pemetaan bidang di daerah perbatasan zona
PARSENO, Ir. Hadiman, M.Sc
2006 | Tesis | S2 Teknik GeomatikaSistem proyeksi TM-3o merupakan turunan dari sistem proyeksi UTM, yaitu dengan cara membagi dua lebar zona UTM, dari 60 menjadi dua zona dengan lebar masing-masing 30. Sistem proyeksi ini secara resmi digunakan untuk pemetaan bidang tanah oleh Badan Pertanahan Naional. Pemetaan bidang-bidang tanah ialah pemetaan kadastral. Pelaksanaan pemetaan kadastral dilakukan desa demi desa. Hal ini membawa implikasi bahwa dalam satu desa proses pemetaan kadastral harus dalam satu sistem. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa ada desa-desa yang terletak di dua zona TM-3o yang bersebelahan, yaitu desa-desa yang terletak di perbatasan zona. Persoalan kemudian adalah besaran-besaran ukuran di wilayah tersebut direduksi ke bidang peta menggunakan faktor-faktor reduksi pada salah satu sistem zona atau menggunakan faktor reduksi kedua sistem zona sesuai dengan letak daerahnya. Penyeragaman penerapan faktor reduksi akan berdampak pada semakin besarnya distorsi di daerah yang semakin jauh dari meridian batas zona. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengkaji seberapa besar penyimpangan koordinat dan luas pada suatu titik di wilayah penelitian sebagai akibat penerapan faktor reduksi yang berbeda, yang diwujudkan dalam bentuk tabel koreksi luas. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada dua zona TM-3o yang bersebelahan dengan mengambil contoh pada zona 49.1 dan 49.2. Daerah penelitian dibatasi pada wilayah dengan lintang 0o sampai 11o dan bujur 4’ dari meridian batas yang kemudian dibagi menjadi kisi-kisi dengan ukuran 10’ lintang x 10†bujur. Tahapan hitungan dimulai dari menentukan koordinat geodetik titik-titik sudut kisi, menhitung faktor reduksi pada kedua sistem zona, menghitung koordinat peta dan menghitung kesalahan luas pada setiap kisi. Evaluasi hitungan dilakukan dengan mengkaji pola perubahan faktor reduksi, pola perubahan selisih koordinat dan pola kesalahan luas yang disajikan dalam bentuk grafik. Evaluasi model fungsi koreksi luas dilakukan dengan menganalisis nilai koefesien determinasi. Hasil penelitian menunjukan pola perubahan selisih faktor reduksi dari dua zona yang bersebelahan nilainya semakin besar jika posisi semakin jauh dari meridian batas. Diantara tiga besaran faktor reduksi, faktor skala dan konvergensi grid nilainya tidak boleh diabaikan jika digunakan untuk perhitungan koordinat yang dilakukan secara berantai. Koreksi luas terbesar terletak di daerah meridian yang lokasinya palig jauh dari meridian batas, yaitu rata-rata sebesar 8,746 %. Model fungsi koreksi luas memiliki ketepatan nilai perkiraan sebesar 94 %.
The TM-3o projection system is the derivative of UTM projection system by dividing the UTM zone, which is 6o, into two zones so that the new zone is now 3o. This new projection system is officially used by National Land Agency (Badan Pertanahan Nasional – BPN). The mapping of land parcel, which is called cadastral mapping, is carried out village by village. Consequently, for one village, the mapping process must be in one single system. By contrast, a village can be covered by two adjacent TM-3o zones, especially those that located in border zones. Problems arise as observation values in the area are reduced to mapping reference using reduction factors of only one zone or both depending on the location of the villages. This, consequently, causes distortion with the amount increases in proportion to the distance from the meridian. This research is aimed at studying the amount of coordinate and area distortion for a point in the study area, due to the application of different reduction factors. Results of the study are presented in a table of area correction. Research was conducted for two adjacent TM-3o zones: zone 49.1 and 49.2. Research was limited to the area within the latitude of 0o and 11o and longitude of 4’ from border meridian. The area was then divided into grid of 10â€latitude by 10â€. Calculation process included the calculation of geodetic coordinate of all grid’s corner points, calculation of reduction factors for two zone systems, calculation map coordinates, and then calculation of area distortion for each grid. The calculation results were evaluated by studying the pattern of change of reduction factors, coordinate discrepancies, and area distortions, which were presented in a graph. The model of correction function was evaluated by analyzing the value of determination coefficient. Results of this research show a pattern telling that reduction factor discrepancy of two adjacent zones increases in proportion to the distance from border meridian. This means the longer the distance from border meridian, the larger the discrepancy. Among three reduction factors, the value of scale factor and grid convergence factor cannot be ignored if they are applied in coordinate calculation, especially if it is a serial calculation. The largest area correction of averagely 8.746% was proved for the meridian area with the longest distance form border meridian. The model of area correction function has an accuracy of estimate value of 94 %.
Kata Kunci : Pemetaan Bidang,Proyeksi TM,3 derajat, TM-3o projection parcel mapping, zone boundary area