Reproduksi kultural Duta (Bandit-Sosial) Kayuagung :: Studi kasus Bandit-Sosial Transnasional di Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan
MULYADI JA, Dr. Heru Nugroho
2006 | Tesis | S2 Sosiologi (Studi Pembangunan)Penelitian bertema bandit-sosial yang berjuluk “duta Kayuagung†ini bertujuan menguak dan memahami tujuan-rasional dan tujuan-nilai para duta Kayuagung, khususnya tentang motivasi mereka dalam mencuri (“mengambilâ€) di luar negeri dan lalu bertindak dermawan atas dasar norma adat-istiadat dan agama. Penelitian ini juga bertujuan menguak ambiguitas dan kontradiksi nilai dalam tindakan, pengetahuan, dan keyakinan para duta Kayuagung saat memilih merantau (mintar) untuk “mengambil†di luar negeri dan berbuat dermawan di kampung halaman mereka sendiri. Penelitian ini menggunakan metode hermeneutika dengan model penguraian deskriptif-historis, sementara dalam teknis menginterpretasi data menggunakan cara verstehen versi Max Weber. Penilaian atas biografi, tindakan, dan pemikiran para duta Kayuagung dengan kerangka analisis historis (historiografi) menjadi pokok kajiannya. Setiap detil proses interpretasi data diperdalam dan ditimbang berdasarkan latar belakang sejarah dan budaya daerah di tempat para duta Kayuagung itu hidup. Hermeneutika-dari-dalam merupakan pijakan penulis. Penelitian humaniora ini secara metodologis bersifat humanistik-kulturalistik. Data primer dikumpulkan dari keterangan langsung para informan kunci melalui wawancara mendalam. Data sekunder didapat dari berbagai teks tertulis (buku, berita media cetak, naskah/manuskrif adat, monografi, laporan pemerintah daerah) yang berhubungan dengan kultur dan sejarah masyarakat Kayuagung. Ada 10 orang duta Kayuaguang dan sekitar 20-an orang lebih dari masyarakat suku Kayuagung yang dapat diwawancarai secara mendalam mengenai munculnya bandit-sosial Kayuagung, adatistiadat, sejarah, ekonomi, dan politik. Penelitian ini menemukan bahwa dunia duta Kayuagung telah bertahan hingga tiga dekade sejak tahun 1960-an hingga 1990-an. Pertama muncul tahun 1950-an, tetapi belum signifikan. Gejala ini dilatari kompleksitas dan ketegangan relasi sosial dalam masyarakat Kayuagung yang sedang berada di antara individualitas modern dan komunalitas adat-istiadat. Tindakan “mengambil†yang dilakukan para duta Kayuagung di luar negeri merupakan cara protes, resistensi, dan negosiasi mereka atas perkembangan kapitalisme di sektor perdagangan di kawasan Sumatera Selatan dan Asia Tenggara. Orientasi tindakan mereka di luar negeri sepenuhnya terkait dengan tujuan-nilai kehormatan (harga diri; rasa malu; gengsi; status sosial) yang dilatari akumulasi uang dan hasrat mengkonsumsi. Moralitas dan kebaikan mereka dianggap sebagai privasi, sedang mencuri di luar negeri sebagai pilihan pekerjaan. Kontradiksi nilai atau ambiguitas tindakan mereka setara dengan kontradiksi nilai dalam dunia modernitas. Di sinilah realitas duta Kayuagung mengalami reproduksi sebab masyarakat Kayuagung dan perkembangan dunia modernitas sendiri telah menyediakan konstruksi makna dan mimpi-mimpi tentang kesenangan hidup.
The study presenting a theme on social-bandit called “duta Kayuagung†aims to reveal and understand the rational-objectives and value-objectives of the duta Kayuagung, especially those related to their motivation for stealing (“takingâ€) from abroad and acting as philanthropists based on cultural norm and religion. Another objectives is to reveal ambiguity and value contradiction in action, knowledge, and faith of duta Kayuagung when they choose to trek (mintar) for “taking†from abroad and do charity in their home land. Hermeneutic method with descriptive-historic description model is used in the study, while verstehen technique from Max Weber is used for interpreting data. The study are mainly centered around biography, action and thought assesment of duta Kayuagung using historiography frameworks. Every detail of data interpretation process is elaborated and deliberated based on local historical and cultural background of the area where duta Kayuagung live. Inner hermeneutic is the base of the author. This humanities study is methodologically humanistic-culturalistic in nature. The primary data were collected directly from key informants via in-depth interview. Secondary data were collected from various written texts (books, press news, custom manuscripts, monographies, local government reports) related to the culture and history of Kayuagung community. There were 10 people of duta Kayuagung and about 20 people of Kayuagung ethnic in-depthly interviewed about the occurrence of social-bandit of Kayuagung, custom, history, economic and politics. The study found that the world of duta Kayuagung has been in existence for three decades, from 1960s to 1990s. The first occurred in 1950s but not significant yet. The phenomenon had background of social relationship complexity and tension in Kayuagung community who had been in a position between modern individuality and communalism in social customs. “Taking†action carried out by duta Kayuagung abroad is one way of protest, their resistance and negotiation due to capitalism growth in trading sector of South Sumatera and South East Asia. Their action abroad is wholly oriented towards pride value-objective (self-esteem; shame; prestige; social status) based on money accumulation and desire to consume. Their morality and goodness are regarded as privacy, whereas stealing abroad as occupation choice. Their value contradiction or action ambiguity is similar to value contradiction in modern world. It is in this aspect that the reality of duta Kayuagung experiences a reproduction because Kayuagung community and modern world development have provided construction of meaning and dreams about life happiness.
Kata Kunci : Bandit Sosial,Reproduksi Kultural,Ogan Komering Ilir, duta Kayuagung, cultural reproduction, resistance and negotiation