Strategi bisnis Tauke Etnis Tionghoa dalam komunitas nelayan di desa pantai Riau
AMRIFO, Viktor, Prof.Dr. J. Nasikun
2005 | Tesis | S2 SosiologiPenelitian ini dilakukan di dua desa pantai Provinsi Riau, yaitu Kepenghuluan Sungai Nyamuk dan Raja Bejamu. Fokus penelitian ini adalah mempelajari strategi sosial, ekonomi, dan budaya tauke etnis Tionghoa dalam membentuk jaringan bisnis komuditas perikanan, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi monopoli bisnis tauke etnis Tionghoa, mempelajari hubungan sosial yang mengikat tauke dengan nelayan, dan mengetahui kebutuhan dan persoalan-persoalan nelayan terkait dengan jual beli ikan dan utang piutang dengan tauke. Kerangka teoritis penelitian ini berangkat dari beberapa tesis tentang etika Konfusianisme yang dikombinasikan dengan teori-teori tentang social capital, analisis pasar dan moral, moral ekonomi petani, pertukaran sosial, dan norma resiprositas. Data dikumpulkan dengan metode participant observation dan survey. Permasalah pemenuhan kebutuhan dasar nelayan melahirkan suatu sistem mata pencaharian dalam bentuk relasi antar etnis yang unik, yaitu relasi patronase antara nelayan Pribumi dengan tauke etnis Tionghoa. Strategi bisnis yang dijalankan oleh tauke etnis Tionghoa adalah : 1) Membangun bisnis seperti sebuah keluarga, 2) Menggandeng tauke etnis Pribumi ke dalam satu jaringan binis, 3) Menciptakan kestabilan dan segmentasi pasar, 4) Menjalankan pola bagi hasil atau sewa yang fleksibel, dan 5) Menghindari ketenaran. Faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi monopoli bisnis tauke etnis Tionghoa adalah : 1) Manajemen kredit yang tidak berbelit-belit, dan 2) Menjalin hubungan personal dengan nelayan Pribumi. Faktor budaya yang mendukung pelembagaan tauke adalah beberapa kebiasaan dan motto hidup nelayan, yaitu : 1) Kais pagi makan pagi, kain petang makan petang, maksudnya kebiasaan menghabiskan penghasilan yang didapat hari ini atau kebiasaan menabung yang rendah, 2) Biarlah rumah miring asal makan sedap, maksudnya mementingkan kebutuhan sekunder yang berlebihan, dan 3)Tiada malam tanpa kedai kopi, maksudnya menyenangi kegiatan yang bersifat hiburan pada waktu-waktu diluar pekerjaan.
The research was held in coastal village of Riau Province, especially in Kepenghuluan Sungai Nyamuk and Kepenghuluan Raja Bejamu. The observation was directed to see the business network strategies of Chinese Tauke (informal financial institution) on social, economic, and culture dimension, monopolistic factors in business of Chinese tauke, personal relationship, and fisher need and problem. Thesis about Confucianism ethics was combined with sociological theory about social capital, moral and market analysis, the moral economy of peasant, cost and reward theory, and norm of reciprocity as theoretical frame. Data was gathered through participant observation and survey method. A unique of ethnic relation between native fisher and Chinese Tauke has been proceed in livelihood system, cause of the subsistence problem on fisher life. Pattern of this social relation is patronage relationship between tauke and fisher. The Chinese Tauke ’s business strategies are : 1) Business network is like a family, 2) Making partnership relation with native Tauke, 3) Creating stability of the market and market segmentation, 4) Flexibility on profit share or credit system, and 5) Avoid self popularity. Sosio economic factors those affected monopolistic business of Chinese tauke are: 1) A simple of credit management system, 2) Personal relationship with native fisher. The habit factors that supported institutionalization of tauke are: 1) The lower folkway in saving, 2) Extravagant, and 3) They tend to spend of spare time with consolation activity.
Kata Kunci : Nelayan Pribumi,Tauke Etnis Tionghoa,Strategi Bisnis, Business strategies, Chinese Tauke, Native Fisher