Wacana seksualitas dalam bingkai kapitalisme modern :: Analisis semiotik terhadap tayangan "Desah Malam" di Lativi
MURLIANTI, Sri, Dr. Susetiawan
2005 | Tesis | S2 SosiologiBermula dari ketertarikan untuk mengungkap makna di balik menjamurnya tayangan-tayangan talk show bertema seksualitas di televisi, penulis mulai melakukan pengamatan mendalam dan menentukan Desah Malam di Lativi sebagai obyek penelitian. Dengan sudut pandang/perspektif ekonomi politik, penulis meletakkan fokus analisa terhadap bahasa tayangan (meski tetap memperhatikan elemen-elemen simbolis yang lain), untuk mengenali model kekuasaan yang berlaku di balik suguhan Desah Malam ini. Dalam rangka pembongkaran ini, semiotika dipandang penulis sebagai metode yang paling tepat. Semiotika menawarkan sebuah metode bagaimana simulasi tanda-tanda bahasa yang terjalin dalam bangunan sebuah wacana bisa dibongkar dan dilacak jejak-jejaknya. Desah Malam didesain sebagai sebuah diskusi yang santai, tidak tegang dan kaku sebagaimana diskusi-diskusi akademis. Bahasa talk show tidak secara konsisten menggunakan gaya bahasa tertentu, beberapa istilah dalam bahasa formal-ilmiah, bahasa gaul/prokem dan bahasa lokal saling bercampur aduk dalam sebuah permainan bahasa. Praktek-praktek seksual menyimpang (Seks Mania, Sadomasokis, Don Juan, dan seks Multipatner) diwacanakan sebagai sebuah permainan yang biasa dan bisa dicoba siapa saja, beberapa di antaranya malah diberikan petunjuk bagaimana cara mempraktekkannya. Ada juga beberapa topik yang diwacanakan sebagai hasil temuan ilmu pengetahuan modern yang menyumbangkan beberapa alternatif pilihan perilaku seksual yang tak terbayangkan sebelumnya seperti Permainan G-Sport, Alat Bantu Pemuas Kebutuhan Seksual dan Bedah Transeksual. Topiktopik yang ditabukan spiritualitas-moral ini, melalui permainan bahasa, diwacanakan sebagai hal yang sah-sah saja dipraktekkan, dilengkapi dengan dukungan dokter sebagai legitimator. Dalam suasana “vulgar†penuh dengan joke, parody dan gelak tawa, ketika segala bentuk permainan seks nyleneh telah tampak sebagai hal biasa, beberapa komoditi berinpirasi seksual dikenalkan. Layaknya sebuah iklan, tayangan ini menonjolkan sisi positif dan menantang dari setiap topik yang dibahas, sambil menyembunyikan banyak sisi lain. Melalui berbagai joking dan parody, pembawa acara sebagai penggerak ekstasi komunikasi utama yang segera didukung para aktor lain; pemirsa digiring pada eksplorasi sisi sensasional dari berbagai permainan seks menyimpang, sambil pada saat yang sama menutupi dan menghindarkan diskusi dari penggalian lebih dalam detail makna yang melekat pada topik yang sedang dibahas. Melalui penelitian mendalam, penulis sampai pada kesimpulan bahwa tayangan ini adalah sebuah meta-komoditi, sebuah komoditi yang digunakan untuk menjual komoditi yang lain, komoditi di atas komoditi!. Desah Malam itu sendiri adalah sebuah komoditi yang menjual ilmu pengetahuan permainan seksual, pada saat yang sama ia juga sebuah alat untuk mempromosikan berbagai komoditi industri seks modern. Komoditi industri seksual modern hanya bisa masuk dan diterima pada sebuah masyarakat yang seksualitasnya tidak lagi diatur oleh berbagai norma-norma yang ada. Desah Malam adalah sebuah alat bagi industri seksual modern untuk membebaskan seksualitas masyarakat dari segala aturan yang membelenggunya, melalui politik ekonomi kebenaran yang dirtikulasikan lewat bahasa dalam bangunan sebuah wacana; agar modal bisa masuk ke dalam seksualitas sampai sedalam-dalamnya.
Its began from observation of so many talk show programmes in television with sexuality theme in 2003, the researcher started do a deep observation and chose “Desah Malam†as an observation object to understand what’s the meaning behind it. Political economy perspective chose as an “entry point†of the understanding. The analysis focused to the “language†(with still pay attention to the other symbolic elements), it’s a mirror of power ideology have been playing behind it. Because the power never brave to part forward itself but always take apart behind a discource construction articulated by language, it’s important to analyse this construction. Semiotic is an exact method, how to expose the compiled of language sign simulations in a discourse building and trace its tracks. Desah Malam was desainned as a relax programme, wasn’t like academical discussion. It didn’t use a language style consistently; formalscientific, street kids and local languages mixed in a language simulation look like a “jeeringâ€. Deviant sexual practices were discourced as a usual and everybody can try them. Some of them instead had given some guiding how to practice. There were some topic discourced as a discovery of modern science that contribute for many unthinkable sexual practices before, were like G-Sport Playing, Sexual Instrument and Transexual Operation. With language simulation, they were discoursed as a common to be practice, perfected by doctor as a legitimator. Two sexual myths were like to be explained but actually they were still in its mysterious as a myth until the end of the discussion. In a “vulgar†situation, full of “jeering†and parody, some of commodity with sexual inspiration offered. It’s like an advertisement, the discussion exposed the positive side and hidden so manny other side. The moderator and doctor as an informant became the activator of the meaning simulation by many fresh jokes, parodies and so many other communication ecstacies followed by the other actors quickly. By a detailed observation, the researcher concluded that Desah Malam was a meta-commodity, a commodity used to sale others, a sexual industry commodities. It used this programmes as a medium to make sexuality free, a condition needed capital to enter to the deep of it easily.
Kata Kunci : Seksualitas,Kapitalisme Modern,Tayangan TV