Laporkan Masalah

Partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa Wisata :: Penelitian di Padukuhan Bobung Desa Putat Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul

MARYATI, Nunuk, Dra. Agnes Sunartiningsih, MS

2005 | Tesis | S2 Sosiologi

Dalam industri pariwisata telah terjadi pergeseran orientasi wisatawan dari wisata massal menjadi wisata alternatif, sehingga muncul jenis wisata baru yang lebih menekankan pada penghayatan yang lebih pada aspek kelestarian alam, lingkungan dan budaya / pengembangan obyek dan daya tarik wisata skala kecil dan beragam yaitu desa wisata. Keberhasilan pengembangan suatu desa wisata pada dasarnya menuntut adanya partisipasi aktif dari masyarakat. Minat dan perhatian penulis untuk melakukan penelitian adalah adanya suatu desa wisata yang masih merupakan rintisan program pemerintah di Kabupaten, kemudian akan dilihat bagaimana partisipasi masyarakat setempat dalam mengembangkan desa wisata tersebut. Pengembangan desa wisata dari sisi Penawaran, masyarakat berperan sebagai Subyek aktif (untuk menciptakan dan menjual produk wisata) sedangkan partisipasi masyarakat dapat didefinisikan sebagai keterlibatan dari semua unsur di dalam proses pengambilan keputusan terhadap hal- hal yang harus dikerjakan dan cara pelaksanaannya. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif dengan pendekatan kualitatif.. Studi di lapangan dilakukan untuk mengambil data primer melalui wawancara kepada anggota masyarakat dengan berbagai profesi (tokoh agama, petani, pengusaha, pengrajin, tokoh adat, tokoh kesenian, pemilik rumah makan/warung), tokoh masyarakat formal (BPD, LPMD) serta pemerintah (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Perekonomian, BAPPEDA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat yang nampak masih berbentuk usulan Rencana Pembangunan Desa Wisata. Peranan tokoh masyarakat yang diharapkan dapat membentuk sikap dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata belum nampak, karena sebagian besar tokoh masyarakat yang ada di desa wisata, bermata pencaharian sebagai pengrajin atau pengusaha kerajinan kayu sehingga waktu mereka banyak terserap oleh aktivitas sebagai pengrajin dan urusan bisnis dalam usaha mereka. Juga terjadi persaingan bisnis diantara mereka. sehingga diantara masyarakat sendiri juga belum terwujud adanya kesatuan dan persatuan yang mantap. Sebenarnya masyarakat menyambut baik dalam berperan serta untuk kemajuan desanya, namun tanpa adanya motivasi atau dorongan dari tokoh masyarakat, perangkat desa setempat maka upaya pengembangan desa wisata akan berjalan lambat; padahal, apabila mengacu pada konsep pengembangan desa wisata, paling tidak untuk melihat desa sebagai penawar produk, partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam menjual produk wisata dengan memperhatikan 3 (tiga) aspek yang dikenal dengan istilah triple A (Atraksi, Amenitas da n Aksesibilitas). Dari ketiga aspek produk wisata tersebut, model pengembangannya juga harus mempertahankan keasliannya agar dapat bersaing dengan daerah lainnya.

There has been a change in tourists’ orientation on tourism industry, from mass tourism to alternative tourism, which bring about a new type of tourism emphasizing on the nature, environment, and culture conservation aspect/ the development of various tourism objects and attractions in the small scale, namely the tourism village. The success of a tourism village development, basically requires active participation from the society. The writer’s interest and consideration in doing this research is the existence of a tourism village that has become the poieering work of the Government program in a regency, and we will see how the local people’s participation in developing that tourism village. The developme nt of tourism village, from the offer side, means the society act as active subjects (to create and sell tourism products), while the people’s participation can be defined as the involvement of every element in the process of decision making about the things to be done and the procedures. This research uses descriptive method with qualitative approach. The field study is done to take primary data through interview with the member of society in various professions (religious socialite, farmers, businessmen, craftsmen, custom socialites, artists, restaurant owner), formal socialites (BPD, LPMD) and the government (Tourism and Culture Center, Economic Department, BAPPEDA). The result shows that people’s obvious participations are still in the form of Tourism Village Development Plan Proposal. The role of the socialites to form the people’s attitude and participation cannot be found because most of the socialites in that village are craftsmen or wooden craft businessmen that they spend their time in doing their activities as craftsmen and as businessmen. There is also a business competition among themselves, so there is no unity in the society. Actually, people are willing to participate for the village progress, but without any motivation or encouragement from the socialites or local village officers, then the development of tourism village will move slowly. Conversely, if we refer to the concept of tourism village development, at least to see the village as the product seller, people’s participation is urgently required to sell tourism products by considering 3 (three) aspects known as triple A (Attraction, Amenity, and Accessibility). From the three aspects of tourism products, the development model must be able to keep the originality to compete with other areas.

Kata Kunci : Kesejahteraan Sosial, Desa Wisata, Partisipasi Masyarakat, tourists’ orientation, selling tourism products, the role of the socialites.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.