Laporkan Masalah

Glokalisasi citarasa :: Studi tentang persepsi pengusaha lokal terhadap citarasa Glokal

ABDURROHMAN, Dr. Partini, SU

2004 | Tesis | S2 Sosiologi

Tesis ini membahas fenomena citarasa di Yogyakarta. Dalam satu dasawarsa terakhir, di Yogyakarta banyak berkembang restoran-restoran fastfoods lokal ditengah menjamurnya restoran-restoran fast-foods asing. Berkembangnya citarasa lokal ditengah menjamurnya citarasa global ini, secara teoritis dipahami sebagai “glokalisasi citarasa” Globalisasi telah menjadi kenyataan yang tak terelakkan. Globalisasi merupakan sebuah konsep kebudayaan yang telah menciptakan penyeragaman dalam berbagai dimensi kehidupan. Oleh karena itu, secara empiris globalisasi telah menciptakan praktek-praktek kultural yang bersifat homogen termasuk didalamnya citarasa. Dalam hal citarasa, homogenisasi ini mengacu pada “Amerikanisasi” yang nampak dengan menjamurnya restoran-restoran fast-foods Amerika; McDonald’s, KFC, Texas Chickens, California Chickens dan lain-lain diseluruh dunia . Walaupun demikian, homogenisasi citarasa ini selalu dihadapkan pada kondisi lokal yang beragam sehingga memunculkan respon baik di tingkat nasional, maupun lokal diberbagai belahan dunia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif -kualitatif yang mencoba memberi interpretasi mendalam terhadap temuan-temuan di lapangan berdasarkan fakta-fakta sosial yang sebenarnya. Sedangkan untuk mendapatkan data di lapangan melalui teknik observasi, wawancara mendalam (indept-interview) dengan menggunakan panduan wawancara (guide interview), dan pengumpulan data–data tertulis (Koran, majalah, artikel, tabloid dan lainlain). Data-data tertulis ini digunakan sebagai data tambahan untuk mendukung validitas data yang telah diperoleh di lapangan. Sedangkan hasil temuan di lapangan dinyatakan bahwa, berdirinya restoranrestoran fast-foods lokal seperti Yogya Chickens, KuFC (Kentuku Fried Chickens) dan Waroeng Steak & Shake di Yogyakarta sebagai bentuk respon para pengusaha lokal terhadap menjamurnya restoran-restoran fast-foods Amerika, seperti McDonalds, KFC, Texas Chickens dan lain -lain. Restoran-restoran fast-foods lokal tersebut banyak berdiri di Yogyakarta karena statusnya sebagai kota pelajar yang dianggap sangat strategis dan menjanjikan. Hal ini dilakukan karena konsumen yang ingin dibidik adalah kalangan pelajar dan mahasiswa. Disamping itu, keberadaan restoran-restoran fast-foods lokal tersebut memberi alternatif bagi para konsumen terutama kalangan pelajar dan mahasiswa dalam pemenuhan selera dan citarasa. Keberadaan restoran-restoranfast-foods lokal tersebut juga ramai dikunjungi dan banyak digemari kalangan pelajar dan mahasiswa di Yogyakarta karena harganya murah (terjangkau), rasanya enak, pelayanannya cepat, tempatnya bersih dan nyaman. Dari ilustrasi diatas secara teoritis dapat dijelaskan, bahwa globalisasi tidak serta merta menciptakan homogenisasi kebudayaan global, tetapi sebaliknya, globalisasi selalu memunculkan reaksi yang menentangnya dengan mempromosikan lokalisme. Femomena ini kemudian disebut dengan istilah “glokalisasi.”

This thesis discusses about phenomenon of tastiness in Yogyakarta. In the last decade, there are many fast-food restaurants which develop amongst foreign fast-food restaurants. The development of local tastiness amongst the global tastiness is theoretically called as glocalization of tastiness. Nowadays, globalization is an unavoidable fact. Globalization is a cultural concept creating homogenizing in so many life dimensions. Therefore, empirically globalization has created cultural homogenous practices including tastiness. In the term of tastiness, this homogenization is related to “Americanization” by which American fast food restaurants develop rapidly throughout the world, like McDonalds, KFC, Texas Chicken, California Chickens, etc. However, this homogenous tastiness always encounters immeasurable local conditions, therefore, it emerges responds either in national level or local level throughout the world. The method of this research is descriptive -qualitative method, by which I tried to give depth interpretation for field findings pursuant to social facts. I also used observation technique, depth interviews using interview guidance, and collecting written data (such as newspapers, ma gazines, articles, tabloids, etc.) to get field data. This written data are used as additional data to sustain data validities obtained from fields. From field researches, there is a finding that the existence of local fastfood restaurants like Yogya Chicken, KuFC (Kentuku Fried Chickens) and Waroeng Steak and Shake in Yogyakarta is a respond from local entrepreneurs to mushrooming American fast -food restaurants, like McDonalds, KFC, Texas Chicken, etc. The local fast-food restaurants exist everywhere in Yogyakarta. This is because of the status of Yogyakarta as student city which is regarded as a strategic and promising place. Entrepreneurs consider that students are prospective consumers. Besides, the existence of local fast-food restaurants gives alternative places for students to meet their tastiness. The existe nce of local fast-food restaurants is positively responded by Yogyakarta students. This is because of their low prices (reached), good tastes, fast services, and clean-comfortable places. From the illustrations above , we can see that theoretically globalization do not always emerge homogenization of cultural global, on the contrary, globalization always emerges counter reactions to promoting localism. These phenomena then are called as “glocalization.”

Kata Kunci : Sosiologi,Glokalisasi Citarasa,Kultur Masyarakat, Globalization, Glocalization, Taste


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.