Laporkan Masalah

Makna Madhung pada masyarakat Blawong :: Studi tentang profesi Tukang SUmur sebagai strategi Survival pada masyarakat Dusun Blawong, Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, D I Yogyakarta

ALKAF, Mukhlas, Prof.Dr. Kodiran, MA

2004 | Tesis | S2 Antropologi

Tesis ini merupakan salah satu dari berbagai keterangan yang memperkuat bantahan terhadap asumsi lama bahwa masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang senantiasa banyak menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Berbagai faktor seperti pertambahan penduduk dan perluasan kawasan industri telah secara ironis menggusur keberadaan lahan pertanian. Fenomena penyempitan margin produksi ini terlihat secara mencolok terutama pada masyarakat pedesaan di pulau Jawa. Semakin sempitnya lahan pertanian berdampak terhadap penurunan nilai produksi yang pada akhirnya memaksa penduduk pedesaan mencari peluang kerja di luar aktivitas sektor pertanian. Stereotipe yang menempatkan masyaraat edesaan sebagai emalas, bodoh, dan selalu tunduk pada kekuatan alam, tidak selamanya benar. Masyarakat pedesaan yang telah menalami kemiskinan, sesungguhnya telah menyadari keadaan yang menimpa dirinya. Mereka kemudian mengembangkan kemampuan yang mereka miliki sebagai dasar untuk berfikir, menginterpretasi kondisi yang mereka alami, untuk kemudian menentukan strategi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Berbagai upaya ang ditampilkan masyarakat miskin, baik berupa keikutsertaan dalam dunia perdagangan, jasa, industri rumah tangga, buruh pabrik dan sebagainya, secara nyata merupakan bentuk strategi untuk melepaskan diri dari berbagai tekanan dalam kehidupan. Penelitian dalam tesis ini berusaha mengungkap berbagai alasan dan permasalahan yang terdapat dalam aktivitas profesi tukang sumur yang melibatkan sebagian warga dari Dusun Blawong, sebuah dusun di kawasan Kabupaten Bantul, Provinsi daerah Istimewa Yogyakarta. Pada kawasan sekitar Yogyakarta dan sekitarnya, keberadaan Dusun Blawong dengan aktivitas warganya yang menekuni profesi tukang sumur adalah sebuah legenda tersendiri. Disamping telah cukup lamanya profesi ini ditekuni warga, istilah “ahli sumur dari Blawong” adalah sebuah merek dagang berkenaan dengan profesi ini. Terdapat berbagai alasan yang mendasari pemilihan profesi tukang sumur dikalangan warga Blawong. Berbagai faktor seperti mithos wadhung dan kesadaran untuk berbakti (mituhu) terhadap generasi pendahulu turut mewarnai alasan pemilihan terhadap profesi tukang sumur tersebut. Alasan tersebut berpadu dengan kondisi ketiadaan akses modal. Adapun pada sisi lain, kalangan masyarakat dari luar yang biasa mempergunakan jasa tukang sumur telah memberi legitimasi terhadap kapabilitas para tukang sumur Blawong. Ada kepercayaan terhadap “tangan Tuhan” yang membimbing keahlian tukang sumur bagi warga Blawong. Sebagai sebuah aktivitas mencari nafkah, profesi tukang sumur pada masyarakat Blawong telah mengalami berbagai perubahan dalam perjalanan waktu yang mereka alami. Perubahan tersebut meliputi teknis pelaksanaan, strategi pemasaran, hingga pemanfaatn teknologi dan inovasi-inovasi baru yang berkait dengan upaya pencapaian terhadap kepuasan konsumen. Sebagai aktivitas usaha, seiring perjalanan waktu yang terjadi, profesi ini juga memanfaatkan jaringan organisasi modern dan penggunaan intrik-intrik dalam strategi pemasaran.

This thesis is one of the various information that strengthening objection to the old assumption that villagers depend their lives greatly on the agricultural sector. Various factors such as the population growth and the expansion of industrial areas have ironically cleared away the agricultural fields. This phenomenon of constriction on production margin is seen striking mostly to villagers in Java. The constriction impacts to the decreasing of production value that forces villagers to seek job opportunities outside the agricultural sector. The stereotypes that posit villagers as those who are lazy, dumb, and always being subjects of natural forces do not always remain true. In fact, villagers who live in poverty have realized the condition they experience. They, then, develop their basic abilities to think, to interpret their present condition, and to define strategy in solving the problem. Various ways showing the poor villagers’ efforts to participate in trade, service, home industry, factory works, etc. are truly their strategies to get rid of the stress of life. This research attempts to reveal the cause and the problem occur in well-digging activity that involve most villagers of Dusun Blawong, a cluster of village in the region of Bantul, Special District of Yogyakarta Province. For people in Yogyakarta and the surroundings, Dusun Blawong with its villagers’ well-digging activities is a legend. Because of their long-time experiences in this skill, the term ‘well digger of Blawong’ has become a trademark. Various causes stand as basis for the choosing of this profession as well digger. Wadhung myth and people awareness to serve the former generations devotedly (mituhu) meet their condition of not having access to capital. On the other side, peoples who are used to have Blawong well diggers’ services have legitimated their capabilities. Even, there is a belief that those abilities are led by ‘God hand.’ Along the time, this profession has undergone various changes in technical implementation, marketing strategy, up to the using of new technology and innovations relate to the effort in achieving consumer’s satisfaction. As a business, this profession also makes use of modern organization net and intrigues in its marketing strategy.

Kata Kunci : Sosial Budaya Masyarakat,Pemilihan Profesi,Tukang Sumur,Strategi, wadhung, strategi, masyarakat pedesaan,


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.