Perlawanan petani terhadap TNI-AD :: Sebuah studi kasus penguasaan tanah Tegal Buret oleh Kodim 0731 dengan menggunakan legitimasi negara, desa Kranggan, Kec. Galur, Kab. Kulon Progo
HARIYONO, Dr. Susetiawan
2002 | Tesis | S2 SosiologiPetani di Indonesia dalam petjalanannya lebih diwarnai oleh konflikkontlik keagrariaan dari pda praktek-praktek kehidupannya yang berlandaskan demokrasi. Dominasi dan intervensi yang sering mereka terima dari pihak lain >rang lebih doininan, sebenarnya telah mengancam eksistensinya. Sehingga wajar saja, kalau dalain sejarah perjalanan bangsa ini, keberadaan petani dalam posisi yang kalah, terpinggirkan, tertindas, bahkan sering kali mereka senga-ja di tenggelamkan oleh kelompok-kelompok sosial yang lebih kuat, walaupun sebenarnya merekalah yang telah banyak ikut andil dalam membangun bangsa ini. Karenanga, petani tidak pernah putus asa untuk tetap mempertahankan eksistensinya, walaupun mereka telah banyak didominasi dan dieksploitasi. Upaya-upaya yang mereka Iakukan untuk mempertahankan eksistensinya adalah dengan melakukan perlawanan-perlawanan tehadap kekuatan yang telah menindasnya. Penelitian ini dilaksanakn di Dusun I I Kranggan. Kec. Galur. Kab. Kulonprogo, Yobyakarta. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif. Sebagai unit analisisnya adalah para pemilik tanah Tegal Buret dan ahli warisnya yang telah diambil haknya oleh TNI-AD 0731 Kulonprogo. Adapun teknik pengumpulan data primernya dengan pengamatan, wawancara mendalam, sedangkan data sekudernya, didapat melalui studi dokumentasi. Dari data yang dikumpulkan, dianalisis melalui tiga tahap yang meliputi pengklasitikasian data, display atau penyajian data, pendiskripsian data dan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui, bahwa perlawanan petani terhadap TN I.-AD tentang kasus tanah Tegal Buret merupakan reaksi ketidakpuasan mereka terhadap sikap TNI-AD dengan berbagai bentuk dominasi dan eksploitasi yang telah membelenggu mereka. Adapun persoalan yang telah membelenggu mereka adalah, penguasaan tanah oleh TNI-AD, penyelesaian melalui jalur hukum, menolak cara mediasi, mengintervensi BPN dan membiarkan tebu mengering. Dari berbagai persoalan yang telah membelenggu mereka di atas, akhirnya terakumulasi dan menimbuikan reaksi petani untuk melakukan perlawanan. Adapun bentuk-bentuk perlawvanan yang mereka lakukan diantaranya, menuntut kembali tanah Tegal Buret kepada pemerintah melalui Dewan Kelurahan Kranggan, inenolak pensertifikatan tanah oleh TNI-AD dan menuntut haknya, mengadakan pematokan tanda batas tanah, mendemo kantor Makorem 072 1 Pamungkas, mendatangi kontor DPR, mensosialisasikan gerakan, menebang dan mematok tanamam tebu, dan yang terakhir melawan gugatan TNIAD di pengadilan negeri Wates. Adapun perlawanan yang mereka lakukan adalah sebuah reaksi kolektif yang mereka sandarkan pada kesadaran rasionalitas atas situasi dan kondisi yang telah membelenggu mereka. Kemudian perlawanan yang mereka lakukan termasuk pada bagian perlawanan yang modem dan terbuka. Selain itu gerakan mereka sangat dinamis, sesuai dengan situasi yang ada. Adapun tuj uan perlawanannya adalah untuk mengambil kembali hak-haknya yang telah dikuasai oleh TNI-AD dan juga untuk menunjukan, bahwa dominasi dan eksploitasi yang helebihan, terhadap strukrur sosial apapun dan dimanapun, merupakan akar dari sebuah perlawanan.
Indonesian farmers in their experience are more colored by land matter conflicts than colorcd by their life practices based on democracy. Domination and intervention they otien get iiom the other group that is more dominant actually threatened tlieir esistence. So it is normally that in the history of the nation, the farmer's existence is always in loser position. The farmer's existence is put at side and suppressed even it is intentionally sunk by social groups that are more powerful, although they actually take apart in developing this country. Because of that, the fanners are new frustration and never stop to consist on defending their existence. They do resistance to the power suppressed them to defend their existence. This research is performed in dusun I1 Kranggan, kecainatan Galur, kabupaten Kulonprogo, Jogiakarta. This research uses method of qualitative description. As the unit of analysis is the owners of Tegal Buret land and the heirs of the land that were taken the right of ownership, TNI-AD 0731 Kuionprogo. The method of primer data collection is observation, interview, and the method of secondary data collection is studying documentation. From the data collected, then it is analyzed through three grades, those are classification of data, displaying data, description data and conclusion. Based on the result of the research, it is known that the opposition of the fanners Tegal Buret towards TNI-AD on the case of Tegal Buret land constitutes a reaction of their dissatisfaction to the attitude of TNI-AD that dominated and exploited them. It caused the farmers repressed. The matters that make them repressed are authorizing of the land by TNI-AD, solution through the court, rejecting the mediation method, intervention BPN and letting the sugar cane dry out. From the various matters repressed them above, finally it is accumulated and it emerges a reaction from the farmers to do resistance. The forms of resistance that they have done are demanding the land of Tegal Buret toward the government through the council of political district administration of Kranggan, rejecting making certificate of the land by TNI-AD, making the mark of the land boundaries, demonstrating to the office of Makorem 072 Pamungkas, coming to DPR, socializing the movement, cutting and determining the sugar cane, and tinally opposing the accusation of TNI-AD in the state court Wates. The form of their resistance is a collective reaction they based on consciousness of the situation and condition that make them repressed. Then resistance that they have done includes apart of modern resistance and opening. Beside that their movement is dynamic relevant with the situation at that time. The goals of their resistance are to take their rights back that were authorized by TNI-AD and to show that over domination and exploitation to what ever and wherever social structure is, constitutes the root of the resistance.
Kata Kunci : Petani, Konflik Pertanahan, Perlawanan