Laporkan Masalah

KONTESTASI WACANA LINGKUNGAN DAN GERAKAN PERLAWANAN OFFSHORE TIN MINING DI BELITUNG TIMUR

EKO BAGUS SHOLIHIN, Dr. NANANG INDRA KURNIAWAN, S.I.P., M.P.A.

2019 | Tesis | MAGISTER POLITIK DAN PEMERINTAHAN

Studi ini bertujuan menganalisis gerakan sosial pada konflik maritim dengan pendekatan konstruktivis. Selama ini, mayoritas studi-studi gerakan sosial di Indonesia memiliki karakter fokus pada konflik agraris, analisis berbasis aktor, dan pendekatan yang rasional. Fokus penelitian adalah gerakan sosial perlawanan terhadap tambang timah lepas pantai di Belitung Timur. Eksploitasi tambang timah lepas pantai (offshore mining) akan menyebabkan kerusakan laut secara menyeluruh, termasuk biota yang hidup di dalamnya. Oleh karenanya, sekelompok masyarakat dari latar belakang berbeda antara lain nelayan, pelaku pariwisata, politisi dan birokrat, aktivis lingkungan, mahasiswa, dan masyarakat umum menginisiasi gerakan perlawanan terhadap offshore mining untuk menjaga kelestarian laut dan biota di dalamnya. Studi ini menggunakan teori framing contention milik Sidney Tarrow yang menjelaskan bahwa partisipasi seseorang atau kelompok di dalam suatu gerakan sosial dipengaruhi oleh framing yang mengelilinginya. Selain itu, studi ini juga menggunakan teori sekaligus metode penelitian analisis wacana ala Laclau yang menjelaskan bahwa hegemoni selalu berada di bawah bekerjanya suatu wacana, dan wacana hegemonik akan berubah menjadi kebenaran sementara bagi publik yang sekaligus akan mempengaruhi perilaku mereka. Maka, target utama studi ini adalah mengetahui bagaimana wacana tentang lingkungan telah membuat gerakan perlawanan tambang timah lepas pantai menjadi lebih intensif dan ekstensif. Studi ini berangkat dengan paradigma konstruktivis dengan metode analisis wacana Laclau. Data dalam studi ini didapatkan melalui observasi partisipan, wawancara mendalam, serta analisis dokumen dan pustaka. Terakhir, data dianalisis dengan teknik analisis strategi analisis wacana Laclau. Berikut ini adalah beberapa temuan dari studi ini. Pertama, framing dengan strategi memadukan isu lama yang mengakar (isu kebutuhan hidup dasar) dengan isu baru yang universal (isu lingkungan) menjadi kunci keberhasilan mobilisasi gerakan. Kedua, intensif dan ekstensifnya gerakan perlawanan tambang timah lepas pantai di Belitung Timur merupakan implikasi dari dominannya wacana lingkungan yang dibawa oleh aktor gerakan. Wacana lingkungan juga telah berhasil menciptakan antagonisme sosial terhadap pertambangan timah. Terakhir, wacana dominan tidak bisa dibaca sebagai wacana tunggal. Dalam kasus di Belitung Timur, dibalik wacana lingkungan, terdapat narasi minor tentang ekonomi, hukum, dan politik. Narasi-narasi minor di atas dibawakan oleh aktor yang berbeda dengan kepentingan masing-masing yang berbeda pula. Gerakan sosial di Belitung Timur menunjukkan kondisi yang solid pada level wacana, namun dinamis dan berbeda pada level narasi dan kepentingan.

This study aims to analyze social movements in maritime conflict with a constructivist approach. So far, the majority of social movement studies in Indonesia have a character focused on agrarian conflict, actor-based analysis, and rational approaches. The focus of the research is the social movement of resistance to the offshore tin mine in East Belitung. Exploitation of offshore tin mining will cause sea damage totally, including biota that live in it. Therefore, a group of people from several background such as fishermen, tourism actors, politicians and bureaucrats, environmental activists, students, and the people initiated a resistance movement against offshore mining to preserve the sea and the biota in it. This study uses Sidney Tarrow's framing contention theory which explains that the participation of a person or group in a social movement is influenced by the framing surrounding it. In addition, this study also uses theory as well as research methods of discourse analysis of Laclau which explain that hegemony is always under a discourse, and hegemonic discourse will turn into a temporary truth for the people which will also influence their behavior. So, the main target of this study is to find out how the discourse about the environment has made the offshore tin mining resistance movement more intensive and extensive. This study departs from the constructivist paradigm with the Laclau discourse analysis method. The data in this study were obtained through participant observation, in-depth interviews, and analysis of documents and books. Finally, the data were analyzed using tehnique of Laclau discourse analysis strategy. The following are some findings of this study. First, framing with a strategy of integration between old rooted issues (the issue of basic life needs) and new universal issues (environmental issues) is the key to the success of movement mobilization. Second, the intensive and extensive of the resistance movement is an implication of the environmental discourse’s domination that brought by the movement actors. Environmental discourse has also succeeded in creating a social antagonism towards tin mining. Finally, the dominant discourse cannot be read as a single discourse. In the case of East Belitung, behind environmental discourse, there are minor narratives about economics, law, and politics. The minor narratives above are presented by different actors with different interests. The social movements in East Belitung show solid conditions at the level of discourse, but are dynamic and different at the level of narration and interests.

Kata Kunci : framing contention, mobilisasi, kontestasi wacana lingkungan, intensifikasi dan ekstensifikasi gerakan sosial

  1. S2-2019-419127-abstract.pdf  
  2. S2-2019-419127-bibliography.pdf  
  3. S2-2019-419127-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2019-419127-title.pdf