Konflik sengekta Kuil Preah Vihear terjadi di perbatasan antara negara Thailand dan negara Kamboja. Pengaruh keterlibatan ASEAN sebagai mediator dalam konflik yang sedang terjadi di kawasan Asia Tenggara cukup besar dalam penyelesaian konflik tersebut. Dengan melalui konsep Confidence Building Measures (CBMs) sebagai bentuk upaya resolusi konflik di kawasan Asia Tenggara diharapkan dapat memunculkan sebuah design berfikir baru bagi anggota ASEAN dalam menjaga stabilitas di kawasan khususnya konflik Kuil Preah Vihear. CBMs ditopang oleh empat faktor pendukung sebagai aspek yang mendukung konsep CBMs berjalan dan diimplementasikan di setiap negara dan organisasi ASEAN. Faktor itu meliputi (1) Communication measures, (2) Constraint measures, (3) Transparency measures, serta (4) Verification measures. Bentuk penyelesaian dalam Sengketa Kuil Preah Vihear yang menjadi perhatian khusus karena pendekatan yang di gunakan ASEAN sebagai organisasi internasional di kawasan Asia Tenggara ialah konsep CBMs. Konsep ini menjadi inti dalam mencapai kondisi damai di ASEAN sebagai proses resolusi konflik. Keterlibatan ASEAN sebagai mediator dalam konflik Kuil Preah Vihear yang pada saat itu diketuai Indonesia, menjadi capaian besar dalam menjaga perdamaian di kawasan. Hal tersebut membuka pemahaman tentang bagaimana peran CBMs sebagai instrumen resolusi konflik di ASEAN, serta pihak eksternal yang terkait dalam penyelesaian konflik.

The conflict Preah Vihear Temple took place on the border between Thailand and Cambodia. The influence of ASEAN involvement as a mediator in the ongoing conflict in the Southeast Asia region is quite large in resolving the conflict. Through the concept of Confidence Building Measures (CBMs) as a form of conflict resolution efforts in the Southeast Asia region, it is hoped that a new design thinking for ASEAN members can be maintained in maintaining stability in the region, especially the Preah Vihear Temple. CBMs are supported by four factors as aspects that support the concept of CBMs running and implemented in each country and ASEAN organization. These factors (1) Communication measures, (2) Constraint measures, (3) Transparency measures, and (4) Verification measures. The form of resolution in the Preah Vihear Temple Dispute is of particular concern because the approach that ASEAN uses as an international organization in the Southeast Asia region in the concept of CBMs. This concept as the core of achieving peaceful conditions in ASEAN as a conflict resolution process. The involvement of ASEAN as a mediator in the conflict of Preah Vihear Temple, which at that time was chaired by Indonesia, was a big achievement in maintaining peace in the region. This opened an understanding of, how the role of CBMs as a conflict resolution instrument in ASEAN, as well as external parties involved in resolving conflicts.

Kata Kunci : Sengketa, Kuil Preah Vihear, Warisan Budaya, Confidence Building Measures (CBMs), Resolusi Konflik, ASEAN