PERBANDINGAN KEPUASAN PERKAWINAN PADA INDIVIDU YANG MENIKAH SECARA TERENCANA DAN TIDAK TERENCANA
NABILLA PARAMASTRI SAHARA, Budi Andayani, Dr., M.A., Psikolog
2018 | Skripsi | S1 PSIKOLOGIAngka perceraian yang tinggi di Indonesia menjadi salah satu alasan kepuasan perkawinan diangkat menjadi topik penelitian ini. Ketidakpuasan perkawinan dapat terjadi karena proses penyesuaian pernikahan yang tidak berjalan dengan seharusnya. Proses penyesuaian perkawinan ini memiliki kaitan yang cukup erat dengan tahapan perkembangan keluarga. Tiap tahap perkembangan memiliki tugas perkembangan masing-masing, yang mana sangat berpengaruh pada kepuasan perkawinan. Individu yang menikah secara tidak terencana karena calon mempelai wanita mengalami kehamilan pranikah memiliki kecenderungan melompati tugas perkembangan tahap pertama, sehingga peneliti berasumsi bahwa mereka memiliki kepuasan perkawinan yang lebih rendah dibanding individu yang menikah secara terencana. Penelitian ini menggunakan skala kepuasan perkawinan yang disusun peneliti dengan acuan isu-isu perkawinan yang disebutkan oleh Fowers dan Olson. Syarat subjek dalam penelitian ini adalah individu yang sudah menikah dengan rentang usia pernikahan berada pada angka 0-10 tahun, memiliki minimal 1 (satu) anak dengan pasangannya saat ini. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik statistik parametrik independent t-test. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kepuasan perkawinan antara individu yang menikah secara tidak terencana dan secara terencana, dimana individu yang menikah secara tidak terencana memiliki tingat kepuasan perkawinan yang lebih rendah dibanding yang menikah secara terencana. Tingkat pendidikan tidak berperan banyak dalam menentukan tingkat kepuasan perkawinan, namun usia memiliki peran yang cukup penting dalam hal ini.
The high divorce rate in Indonesia is one of the reasons marital satisfaction is raised as the topic of this research. Marital dissatisfaction occurs because the marital adjustment process is not progressing as well as it should. This marital adjustment process is related to the stages of family development. Each stage of development has their own developmental tasks, which are very influential to marital satisfaction. Individuals with unplanned marriage because of premarital pregnancy have a tendency to skip the first stage of developmental tasks, hence the researcher assumes that they have lower marital satisfaction than individuals with lplanned marriagee. This study uses the marital satisfaction scale which was made by the researcher based on marital issues explained by Fowers and Olson. The subject requirements in this study are married individuals with a marriage age range from 0-10 years, and has at least 1 (one) child with their current spouse. The data obtained were analyzed using independent t-test parametric statistical techniques. The results of this study indicates that there is a difference in marital satisfaction between indivudals with unplanned marriage and planned marriage, in which individual with unplanned marriage has lower marital satisfaction scores than individual with planned marriage. The level of education does not play a lot of role in determining the level of marital satisfaction, but age has an important role in this matter.
Kata Kunci : Kepuasan Perkawinan, Tahapan Perkembangan Keluarga, Menikah Terencana, Menikah Tidak Terencana