Laporkan Masalah

EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA DITINJAU DARI PERSPEKTIF FILSAFAT BAHASA DAN IMPLIKASI TEORITIS TERHADAP PEMAHAMAN PANCASILA

HASTANGKA, Prof. Dr. Armaidy Armawi

2018 | Disertasi | DOKTOR FILSAFAT

Penelitian disertasi ini merupakan penelitian tentang persoalan penggunaan istilah Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara yang terdiri atas Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika yang dirumuskan oleh MPR RI karena istilah tersebut menimbulkan perdebatan di masyarakat terkait problem pemaknaan, logika dan struktur bahasa, dan tata hubungannya. penelitian ini untuk mengungkap dasar argumentasi dari MPR RI tentang Empat Pilar, tata hubungan yang dibentuk, kritik filsafat bahasa dan implikasi teoritis terhadap pemahaman Pancasila. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis persoalan penggunaan istilah Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan bernegara dari aspek filsafati. Penelitian ini merupakan penelitian kefilsafatan dengan menggunakan metode kualitatif. Objek material penelitian ini adalah Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara sebagai bahasa politik yang diproduksi oleh MPR RI. Sedangkan, objek formal penelitian ini ialah telaah filsafat bahasa. Data penelitian diperoleh dari buku, dokumen, peraturan perundang-undangan, Majalah Majelis yang diterbitkan oleh MPR RI, jurnal ilmiah, dan berita di media baik online maupun offline. Metode analisis penelitian ini menggunakan interpretasi, Critical Discourse Analysis (CDA), semiotika, dan analitika bahasa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1). dasar argumen MPR RI menggunakan istilah Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara yang terdiri atas Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika menunjukkan hanya sebagai dasar penamaan program kegiatan sosialisasi MPR RI untuk memperkenalkan kembali Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika yang dianggap luntur sejak paska reformasi karena berbagai persoalan kebangsaan yang melanda bangsa Indonesia. 2). Tata hubungan yang dibangun oleh MPR RI terkait isi dari Empat Pilar tidak dapat dipertanggungjawabkan dalam konteks relasi historis, yuridis dan filosofis. 3). Berdasarkan dari kritik filsafat bahasa menunjukkan bahwa Istilah Empat Pilar telah mengerdilkan pemaknaan atas Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika karena menyejajarkan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika menjadi satu varian yang sama. Istilah Empat Pilar telah mengacaukan dan mendeligitimasi tata hubungan hakikat dan makna istilah Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Penggunaan istilah Empat Pilar dari aspek struktur dan logika bahasa memiliki kesalahan kategoris (categorical mistake) dan kesalahan logika (logical mistake) sehingga menimbulkan kerancuan dan sesat pikir berupa penggantian makna (displacing of meaning) dan penyimpangan makna (distorting of meaning) atas makna Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. 4). Istilah Empat Pilar telah berimplikasi secara teoritis mengubah pemahaman tentang Pancasila menjadi membingungkan. Politisasi terhadap bahasa oleh penguasa melalui manipulasi penggunaan bahasa, simbol, pemaksaan pemaknaan suatu istilah dalam bahasa, dan penggunaan struktur dan logika bahasa yang tidak sesuai dengan aturan kebahasaan yang benar dapat berdampak pada pemahaman yang keliru dalam memahami pengertian dan karakteristik bahasa itu sendiri.

This dissertation research is a research about the problem of the use of the term of Four Pillars of National and State which consist of Pancasila, 1945 Constitution, NKRI and Bhinneka Tunggal Ika formulated by MPR RI because the term raises debate in society related to meaning problem, logic and language structure, and the arrangement of the relationship. This research is to reveal the basic arguments of the MPR RI on the Four Pillars, the established relationships, the criticism of language philosophy and the theoretical implications for the understanding of Pancasila. The purpose of this study is to analyze the problem of the use of the Four Pillars of the Life of the Nation and State from the philosophical aspect. This research is a philosophical research using qualitative method. This research data is obtained from books, documents, magazine published by MPR RI, scientific journals, and news in the media both online and offline. the method of analysis of this research using interpretation, Critical Discourse Analysis (CDA), semiotics, and language analytics. The results of this study indicate that: 1). the basis of the argument of the People's Consultative Assembly of the Republic of Indonesia using the Four Pillars of the Life of the Nation and State which consists of Pancasila, the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia, and Unity in Diversity shows only as the basis for naming the program of dissemination of Pancasila, the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia, NKRI, and Bhinneka Tunggal Ika, which is considered to be faded since the post-reform era due to various nationalities that plagued the Indonesian nation. 2). The relationship arrangement that was built by MPR RI related to the content of the Four Pillars can not be accounted for in the context of historical, juridical and philosophical relation. 3). Based on the criticism of language philosophy shows that the Four Pillar term has dwarfed the meaning of Pancasila, NRI 1945 Constitution, NKRI, and Bhinneka Tunggal Ika for aligning Pancasila, 1945 Constitution, NKRI and Unity in Diversity become one variant. The Four Pillars have distorted and delegitimized the relationship between the nature and meaning of the term Pancasila, the 1945 Constitution, the Unitary State of the Republic of Indonesia, and Bhinneka Tunggal Ika in the life of the nation and state. The use of the Four Pillars term of the structure and logical aspects of language has categorical mistake and logical mistake, causing ambiguity and deviation of thought in the form of displacing of meaning and distorting of meaning over the meaning of Pancasila, UUD 1945, NKRI, and Bhinneka Tunggal Ika. 4). The term "Four Pillars" has implicated theoretically to change the understanding of Pancasila to be confusing. The politicization of language by the ruler through the manipulation of the use of language, the symbols, the imposition of the meaning of a term in language, and the use of language structures and logic which are not in accordance with the correct language rules can have an understanding of the misunderstanding of the meaning and characteristics of the language itself.

Kata Kunci : Empat Pilar, Filsafat bahasa, struktuk dan logika bahasa, ambivalensi makna bahasa.

  1. S3-2018-374024-abstract.pdf  
  2. S3-2018-374024-Bibliography.pdf  
  3. S3-2018-374024-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2018-374024-title.pdf