Tumbuhan bawah berpotensi antikanker karena memiliki kandungan senyawa aktif berupa senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan saat tumbuhan tersebut mengalami cekaman oleh kondisi lingkungan biotik dan abiotiknya. Potensi antikanker tumbuhan bawah ditentukan melalui uji sitotoksisitas menggunakan ekstrak metanol terhadap sel kanker HeLa dengan menggunakan metode uji MTT assay. Tujuan penelitian adalah untuk menemukan tumbuhan bawah berpotensi antikanker di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat dan mengetahui parameter lingkungan yang mempengaruhi kandungan sitotoksisitasnya. Nilai IC50 yang merupakan indikator sitotoksisitas diperoleh dengan analisis probit. Parameter biotik diperoleh dari struktur vegetasi dan pola komposisi, distribusi dan asosiasi vegetasi. Parameter abiotik diukur menggunakan nilai elevasi, kemiringan, tingkat curah hujan, intensitas cahaya, suhu, kelembaban, tipe tanah, tekstur tanah, ketebalan bahan organik, ketersediaan C organik, N, kapasitas tukar kation dan keasaman tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 83 tanaman yang diuji, ada lima tumbuhan yang berpotensi antikanker, yaitu Physalis peruviana L. (Solanaceae), Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray (Asteraceae), Lantana camara L. (Verbenaceae), Clidema hirta (L ). D.Don (Lamiaceae), dan Solanum torvum Sw (Solananceae) dengan nilai IC50 67,85 mikro g / mL, 3,38 mikrog / mL, 43,54 mikro g / mL, 36,93 mikro g / mL, dan 59,09 mikro g/mL. Senyawa fitokimia yang ditemukan pada lima tumbuhan bawah denngan skrining metabolit lapis tipis yaitu alkaloid, steroid, terpenoid, fenol, flavonoid dan tanin. Pola distribusi vegetasi yang dibentuk oleh spesies Tithonia diversifolia, Lantana camara, dan Solanum torvum, adalah pola distribusi mengelompok dengan nilai Indeks Morisita > 1. Physalis peruviana dan Clidemia hirta, adalah pola distribusi teratur dengan nilai Indeks Morisita < 1. Terdapat beberapa spesies tumbuhan lain yang membentuk asosiasi dengan spesies tumbuhan bawah berpotensi sitotoksik teraktif. Spesies-spesies tersebut antara lain adalah Sloanea sigun, Persea rimosa,, Macropanax dispermum, Lithocarpus elegans, Schima wallichii, Altingia excelsa, Polyosma integrifolia, Capparis cantoniensis, Saurauia bracteosa, Villebrunea rubescens, Macropanax dispermum, Castanopsis argentea, Ficus ribes, Cestrum aurantiacum dan Elatostema acuminatum. Tingkat keamanan bahan obat anti kanker ditentukan dengan Indeks Selektivitas (IS), dari lima jenis tumbuhan bawah hanya jenis S. Torvum yang nilai IS < 3, yang berarti tidak aman digunakan sebagai obat antikanker. Pola komunitas dan asosiasi terjadi sebagai bentuk hubungan timbalbalik untuk menciptakan kondisi spesifik dan unik habitat tumbuhan bawah berpotensi sitotksik, sehingga diperlukan arahan dan strategi konservasi komunitas tumbuan bawah yang mengacu pada karakteristik habitat, pengelolaan kawasan dan regulasi yang berlaku.

Understorey has potential as anticancer due to active compound in form of secondary metabolic produced while understorey has influenced from its biotic and abiotic enviromental pressure. Cytotoxicity potential of anticancer understorey determined by metabolic processes and conditions of biotic and abiotic environment component parameters. Anticancer potential of understorey determined by cytotoxicity test through metanol extracts against HeLa cervix cancer cell by MTT assay. The purposes of the research were to find anticancer agent of understorey in Gunung Gede Pangrango National Park, West Java and and determined the environmental parameters that influence the content of cytotoxicity. The value of IC50 applied as an indicator through probit analysis. Biotic parameters obtained from vegetation structure and composition, distribution patterns formed and association of vegetation. Whereas abiotic component parameter estimated by parameters such as elevation, slope, precipitation, light intensity, temperature, humidity, soil type, soil texture, thickness of organic materials, the availability of C organic, N, and cation exchange capacity and acidity of the soil. Test results of 83 plants tested showed that five understorey classified as potentially anticancer, there were Physalis peruviana, L. (Solanaceae), Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray (Asteraceae), Lantana camara l. (Verbenaceae), Clidema hirta (L). D. Don (Lamiaceae) and Solanum torvum Sw (Solananceae) with IC50 values of 67,85 mikro g/mL, 3.38 mikro g/mL, 43,54 mikro g/mL, 36,93 mikro g/mL, and 59,09 mikro g/mL. Phytochemical compound found in five understorey through screening of thin layer metabolite e. steroids, these Terpenoid, alkaloid, phenolic, flavonoid and tannin. Distribution pattern of vegetation formed by species Tithonia diversifolia, Lantana camara, and Solanum torvum were clustered pattern stated by Morisita index > 1. Physalis peruviana and Clidemia hirta were uniform pattern stated by Morisita's index < 1. There were several plant species that made up the association with five most active cytotoxic potential undersorey, such as Sloanea sigun, Persea rimosa,, Macropanax dispermum, Lithocarpus elegans, Schima wallichii, Altingia excelsa, Polyosma integrifolia, Capparis cantoniensis, Saurauia bracteosa, Villebrunea rubescens, Macropanax dispermum, Castanopsis argentea, Ficus ribes, Cestrum aurantiacum and Elatostema acuminatum. The security level of the material of anti-cancer drug was determined through selectivity index, four understorey classified as secur, only S. Torvum has SI < 3, which is cannot be applied as anticancer drug material. Understorey community pattern and association were occured as a form of reciprocal relation to create specific and unique of habitat conditions. Whereas, direction and strategy of understorey communities conservation refers to habitat caracteristic, management and regulation

Kata Kunci : Tumbuhan Bawah, Antikanker, Uji Sitotoksik, IC50, Pola Komunitas, Asosiasi Tumbuhan, Resort Cibodas;Understorey, Anticancer, Cytotoxic Test, IC50, Patterns of Community, Association of Vegetation, Cibodas Resort