Penelitian ini bertujuan untuk mencari berbagai nilai tinggi muka air tanah gambut (dihitung dari permukaan gambut) dengan jenis gambut yang berbeda (ombrogen dan topogen) yang mampu membuat gambut di lapisan permukaan (0 - 10 cm) masih bersifat hidrofilik serta untuk mengetahui besarnya emisi CO2 pada gambut ombrogen dan topogen. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor yang diulang sebanyak tiga ulangan. Faktor pertama adalah jenis tanah gambut. Faktor kedua adalah tinggi muka air dari permukaan. Parameter pengamatan meliputi subsiden, perubahan warna gambut, kadar air, hidrofobisitas, serta penghasilan emisi CO2. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan tinggi muka air berpengaruh nyata terhadap subsiden gambut. Ukuran BV tanah juga berpengaruh dalam pergerakan kapiler terkait dengan terbentuknya porositas total pada tanah. Tinggi muka air tanah berpengaruh terhadap hidrofobisitas gambut. Terjadinya hidrofobisitas gambut ditandai dengan menurunnya kemasaman total, yaitu pH 3,6 diawal penelitian menjadi pH 4,02 diakhir penelitian pada gambut ombrogen, pH 3,7 diawal penelitian menjadi pH 4,9 diakhir penelitian pada gambut topogen, menurunnya gugus karboksil disertai terbentuknya ikatan baru dengan rantai alkil yang panjang, serta menurunnya hidroksi fenolat karena adanya oksidasi dari fenol dan merubahnya menjadi quinon yang sifatnya lebih hidrofobik. Jumlah emisi CO2 yang dihasilkan oleh gambut topogen selama masa penelitian lebih besar dibandingkan emisi CO2 yang dikeluarkan oleh gambut ombrogen. Pada gambut topogen TMA 40 cm, 70 cm, dan 100 cm emisi yang dikeluarkan berturut-turut adalah 49,82, 48,43, 47,46 mg/m2/menit, sedangkan pada gambut ombrogen emisi yang dihasilkan lebih rendah yaitu pada TMA 40 cm, 70 cm, dan 100 cm berturut-turut adalah 23,09, 32,68, 28,07 mg/m2/menit.

This research is aimed to determine the effect of water table of peat soil (calculated from peat surface) with different types of peat (ombrogen and topogen) that can make the peat in the surface layer (0 - 10 cm) is still hydrophilic and to know the amount of CO2 emission on ombrogen and topogenic peat. The experimental design used in this study is Completely Randomized Design (CRD) with two factors repeated with three replications. The first factor is the type of peat soil. The second factor is the water table of the peat surface. Observation parameters include subsidence, the changes of peat color, moisture content, hyrdrophobicity, and CO2 emissions. The result of this research showed that the difference of water level has significant effect on peat subsident. BD also gave affects to the capillarity movement associated with the formation of total porosity in the soil. The occurrence of peat hydrophobicity was characterized by a decrease in total acidity, pH 3.6 at the beginning of the research into pH 4.02 at the end of the research for ombrogen peat, pH 3.7 at the beginning of the research into pH 4.9 at the end of the research for topogenous peat, decreasing carboxyl group with bond formation with long alkyl chains, and decreased hydroxy phenolics due to the oxidation of phenol and converting them into quinons, that are more hydrophobic. The amount of CO2 emissions produced by topogen peat during the research period is bigger than the CO2 emissions released by ombrogen peat. In topogenous with water table 40 cm, 70 cm, and 100 cm in sequence are 49,82, 48,43, 47,46 mg/m2/minute, while on ombrogen peat emission is lower than topogen, at water table 40 cm, 70 cm, and 100 cm in sequence are 23,09, 32,68, 28.07 mg/m2/minute.

Kata Kunci : emisi CO2, hidrofilik, hidrofobik, subsiden, tinggi muka air, CO2 emissions, hydrophilic, hyrdrophobic, subsidence, water table