Center for Strategic and International Studies kurung bukaCSISkurung tutup adalah lembaga think tank pertama di Indonesia dan Asia Tenggara. CSIS hadir sebagai upaya dari masyarakat sipil membantu jalannya Pemerintahan Orde Baru pasca pemilu pertama 1971 berdasarkan studi kebijakan. Rumusan masalah penelitian ini pertama, membaca peran politik CSIS dalam mempengaruhi pembuatan kebijakan di era Orde Baru periode 1971-1988. Kedua membaca peta relasi kekuasaan CSIS dari dan terhadap Presiden Soeharto. Ketiga, menganalisa kekuatan ideologi dibalik relasi kuasa antara CSIS dan Soeharto. Menggunakan teori tiga dimensi kekuasaan Steven Lukes (1974). Dimensi kekuasaan pertama ditempati oleh pengambil keputusan yaitu Presiden Soeharto. Dimensi kekuasaan kedua bertindak sebagai penyusun agenda atau pengambil kebijakan di balik layar yaitu CSIS. Dimensi kekuasaan ketiga, yaitu Ideologi yang menjadi keberpihakan bersama CSIS dan Soeharto terhadap cita-cita Orde Baru. Teori kedua, politik para pakar, Andrew Rich (2008) yang menyatakan bahwa para Pakar yang bekerja di dalam think tank adalah broker ide yang memenangkan perang gagasan dalam proses perumusan kebijakan. Metode penelitian kualitatif, pendekatan induktif, dengan menggabungkan jenis metode historiografi dan studi kasus. Penelitian ini membuktikan pengaruh politik CSIS terhadap proses perumusan kebijakan publik di masa Orde Baru periode 1971-1988. Kekuasaan CSIS terhadap Presiden Soeharto berlaku efektif karena didukung oleh akses politik dan kesamaan ideologi yang menjadi cita-cita bersama mereka dalam membangun Orde Baru. CSIS memanfaatkan kedekatannya dengan presiden Soeharto untuk memperluas pengaruh studi mereka terhadap pemerintahan. Sementara itu Presiden Soeharto memanfaatkan CSIS untuk melegitimasi ide-ide pembangunan Orde Baru berdasarkan standar integritas keilmuan dalam merumuskan kebijakan. Cita-cita mereka dipersatukan melalui kesamaan Ideologi Pembangunanisme dan anti Komunisme (Marxisme-Leninisme).

Center for Strategic and International Studies kurung bukaCSISkurung tutup is the first think tank institution in Indonesia and South East Asia. CSIS born as an effort from civil society to help New Order Government run the country after the first election on 1971 based on policy studies. Problem formulations of this research are: first, reading CSIS� political role on influencing policy making during 1971-1988. Second, reading the power relation map of CSIS from President Soeharto and vice versa. Third, analyzing ideological strength behind the power relations of CSIS and President Soeharto. This research is using the theory of three dimensions of power by Steven Lukes (1974). The first dimension of power is occupied by the decision maker, viz., President Soeharto. The second dimension of power is working as organizer of the agenda or the decision maker behind the scene, viz., CSIS. The third dimension of power is Ideology of mutual alignment between CSIS and President Soeharto toward The New Order ambition. Second theory is the politics of the experts by Andrew Rich (2008) which said that the experts who is working in think tank are ideas broker and winning the war of concepts in the process of policy making. Using qualitative research method, inductive approach, and integrating historiography and case study method. This research proves CSIS� political influence to the process of public policy formulation in The New Order era during 1971-1988. CSIS� power toward President Soeharto was effective, because it was supported by political access and mutual ideology which was their shared ideals in developing The New Order. CSIS used it closeness with President Soeharto to expand their study toward government. Meanwhile, President Soeharto used CSIS to legitimate The New Order�s development ideas based on scholarly integrity on formulating policies. Their ambition was united through mutual ideology of developmentalism and anti-Communism (Marxism-Leninism).

Kata Kunci : Think tank, Expert, Policy, Power, Ideology.