TERBIT DAN TENGGELAM: UNIVERSITAS RES PUBLICA DI JAKARTA, 1960-1965
AHMAD AFRIYAN, Julianto Ibrahim, M.Hum.
2017 | Skripsi | S1 ILMU SEJARAHKalangan Tionghoa merupakan suku-bangsa yang seringkali dianggap asing, bahkan minoritas di Indonesia. Keberadaan inilah yang berkaitan hingga di bidang pendidikan. Hal mana memaksa kalangan Tionghoa mendirikan sistem pengajaran hingga sekolahnya sendiri. Jika di masa Hindia-Belanda, kemunculan sekolah THHK atau Tiong Hoa Hwee Koan, dan HCS alias Holandsche Chineesche School. Namun kedua lembaga tersebut terbilang sektoral, jika yang pertama dalam konteks keterkaitannya dengan nasionalisme Tionghoa perantauan sendiri, maka yang kedua menyangkut kolonialisme. Setelah Merdeka, kalangan Tionghoa secara politik mengalami perbaikan, terlebih dengan hadirnya PTI atau Partai Tionghoa Indonesia. Kendati bubar di kemudian, muncullah pewarisnya pada 1954 yang akhirnya bernama Baperki atau Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia, selaku organisasi kalangan Tionghoa dengan keberpihakan Indonesia. Adapun salah satu agenda utama Baperki adalah bidang pendidikan disusul dengan didirikannya Universitas Res Publica. Terhitung sejak berdirinya pada 1960 hingga penutupannya pada 1965, universitas tersebut terbukti mengalami aktivitas kampus baik sejak pendirian bangunannya hingga kegiatan kesenian maupun politik yang ada di kampus. Hal ini melibatkan baik dosen hingga mahasiswa. Kendati sebagai kampus yang didukung oleh organisasi Tionghoa, Ureca berhasil menampakkan wajah kebhinekaan. Bahkan salah satu keberpihakan Ureca adalah dukungannya terhadap keindonesiaan yang diusung oleh Soekarno. Hal inilah yang kemudian mendekatkan aktivitas kampus dalam atmosfer politik sepanjang paruh pertama 1960an. Pecahnya G30S berdampak pada penyerangan hingga pembekuan Ureca. Kehadiran Universitas Trisakti sebagai pengganti menjelaskan adanya friksi politik baik di kalangan Tionghoa, maupun kontestasi politik Indonesia itu sendiri yang mengalami reduksi besar-besaran segala elemen kiri. Stigma yang jelas dilekatkan pada Ureca maupun Baperki selaku organisasi pendukungnya. Penelitian ini menunjukkan bagaimana dinamika kampus Universitas Res Publica selama kurun waktu keberadaannya. Adapun penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah, dengan memanfaatkan sumber primer seperti arsip-arsip pendukung, hingga sumber sekunder berupa buku hingga memoar para saksi hidup.
Tionghoa is an ethnic group that often considered as a foreign and minority one in Indonesia. This condition also implies in education sector. The Tionghoa had to build their own school and education system. In colonial era, there were THHK or Tiong Hoa Hwee Koan and HCS or Holandsche Chineesche School. However, both of them is sectoral institution, the first one is related to the nationalism of the Tionghoa diasporas, and the second is related to colonialism. After the declaration of independence, condition of the Tionghoa groups in Indonesia politically improved, particularly after the founding of PTI or Partai Tionghoa Indonesia. Despite of its later dismissal, there was its successor in 1954 named Baperki or Badan Permusyawarahan Kewarganegaraan Indonesia as a Tionghoa organization to support Indonesia. One of prominent agenda of Baperki is in education field by founding Universitas Res Publica (Ureca). Since its establishment in 1960 until its termination in 1965, the university showed many educational activities as well as arts and political activities. Those activities involved both the lecturers and students. Even though the university receive great support from the Tionghoa organization, it happened to demonstrate the face of the diversity of Indonesia. In addition, Ureca gave its encouragement to Indonesia-ism suggested by Soekarno. This circumstance then caused the college close to political activity in the first half of 1960s. The G30S accident initiated the attack on and the closing of Ureca. The presence of Universitas Trisakti as a substitute explained the political friction in the Tionghoa groups and in the political contestation in Indonesia by the great removal of the left group. The stigma was adhered in Ureca and Baperki as the supporter of the left group. This research demonstrates the dynamics of Universitas Res Publica on its time being. This research employs historical methods utilizing primary sources, such as archives, as well as secondary sources, such as books and memoirs of the living witness.
Kata Kunci : Universitas, Res Publica, Jakarta