DINAMIKA PERKEMBANGAN PSIKO-SPIRITUALITAS PENGIKUT TAREKAT
MARYAMA NIHAYAH, Prof. Drs., M.A., Subandi., Ph.D.
2017 | Tesis | S2 PsikologiLife begins at 40. Up until then, you are just doing research. Pernyataan C. G. Jung tersebut menunjukkan bahwa individu pada usia permulaan 40 tahun dan seterusnya diidentikkan untuk melakukan pemeriksaan diri ke dalam atau refleksi diri. Dalam perkembangannya, individu mulai usia 40an tahun dikatagorikan ke dalam individu dewasa madya. Salah satu tugas perkembangan pada usia ini adalah melakukan refleksi diri sebagai kompensasi dari berbagai krisis perkembangan. Selanjutnya, proses refleksi diri tersebut mengantarkan individu mendalami dimensi spiritual. Keterlibatan yang mendalam ke dalam dimensi spiritual diyakini memunculkan ketenangan. Dalam Islam, dimensi spiritual yang mendalam disebut tasawuf. Realisasi terhadap tasawuf mewujud ke keterlibatan ke dalam tarekat. Di Indonesia, terutama di daerah perdesaan, tarekat identik dengan individu usia 40an tahun. Keterlibatan individu dewasa madya ke dalam tarekat merupakan jalan untuk mencari ketenangan hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami apa latar belakang individu dewasa madya bertarekat dan bagaimana dinamika perkembangan psiko-spiritual mereka dalam mencapai ketenangan hidup. Dalam psikologi tasawuf, dinamika perkembangan psiko-spiritual individu dapat dipahami dari perkembangan nafs. Nafs merupakan salah satu entitas penyusun individu selain jasad dan ruh. Merujuk kepada Yusuf [12]: 34, nafs inilah yang menjadi target kendali individu dalam perjalanan menuju Allah. Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi. Metode fenomenologi dipilih untuk memahami pengalaman spiritualitas subjek pengikut tarekat dalam perjalanan batiniahnya menuju Allah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemantik utama para subjek untuk terlibat ke dalam tarekat karena adanya gejolak atau terpisahnya diri dari Allah. Selanjutnya, gejolak tersebut menuntun untuk masuk ke dalam tarekat. Setelah bertarekat, seluruh subjek bersepakat bahwa mereka menemukan ketenangan. Ketenangan yang mereka rasakan merupakan wujud dari kepercayaan atau keimanan kuat kepada Allah SWT.. Selain itu, imbas karomah yang dimiliki oleh Sang Mursyid diakui subjek menjadi jalan ketenangan ke dalam diri. Munculnya ketenangan juga merupakan dampak dari merasuknya amaliyah atau riyadhah ke dalam hati. Proses tersebut selanjutnya membuka kesadaran subjek akan adanya sesuatu transenden yang berkuasa penuh atas diri dan alam. Di sinilah kesadaran dan keimanan subjek kepada Allah meningkat. Penelitian ini juga menyandingkan perkembangan psiko-spiritual subjek dengan nilai filosofis tembang macapat. Dalam budaya Jawa, tembang macapat diyakini berhubungan dengan perjalanan hidup individu. Perkembangan psiko-spirital individu dewasa madya banyak digambarkan ke dalam nilai filosofis tembang Durma.
Life begins at 40. Up until then, you are just doing research. C. G. Jung's statement shows that an individual at the age of 40s years onwards is identic to perform self-examination or self-reflection. According to Life span perspective, people began to 40s years categorized into middle adult individuals. One of developmental tasks at this age is do self-reflection as compensation of various developmental crises. Furthermore, the process of self-reflection guiding people to explore the spiritual dimension. The deep involvement into the spiritual dimension is believed to bring tranquility. In Islam, a profound spiritual dimension called Sufism. Realization of the Sufism manifests into engagement into Tarekat. In Indonesia, especially in rural areas, tarekat is identic to the middle adult individuals. The involvement of middle adult individuals to tarekat is a way to find peace of life. The purpose of this study is to understand what the middle adult individuals background to be involved to tarekat and how the dynamics of psycho-spiritual development of their life to attain peace of life. In psychology of Sufism, the dynamics of psycho-spiritual development of the individual can be understood from the development of nafs. Nafs is one of the individual constituent entities other than the body and spirit. Referring to Yusuf [12]: 34, nafs is the individual control targets on the way to Allah. This study uses a phenomenological method. The subjects of this study are Tarekat follower in middle adult age. Phenomenological method chosen to understand the subjects spiritual experience in the inward journey toward Allah. The results showed that the main reason of the subject to be involved to tarekat because of turbulence or separation from Allah. After to be involved to tarekat, the whole subject agree that they find peace of life. Serenity that they feel is a manifestation of a strong trust in Allah. In addition, the impact of karomah that owned by the mursyid were recognized subjects as the way to find serenity. The emergence of calmness is also the impact of the pervasiveness of amaliyah and riyadhah to heart. Riyadhah performance are includes dhikir, tafakur, and muhasabah. Next, this process is raising awareness that there is something transcendental with full power beyond themselves and nature. This is where subjects awareness and faith in Allah increased. This study also juxtaposing the dynamic of psycho-spiritual development of the subject with philosophical values of macapat. In Javanese culture, macapat believed to relate to the life of the individual. The dynamics of psycho-spirital development in middle adulthood are identic with the song Durma philosophical value.
Kata Kunci : Dewasa madya, Tarekat, Refleksi diri, Perkembangan nafs, Durma