Latar belakang: Indonesia merupakan salah satu negara di Asia dengan epidemi HIV yang berkembang paling cepat. Kota Surakarta adalah Kota yang memiliki peningkatan kasus tinggi tiap tahunnya. Program penanggulanagn epidemi ini adalah terapi ARV dengan salah satu tujuannya meningkatkan kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Penelitian ini untuk mengetahui kualitas hidup ODHA berdasarkan kriteria diagnosis HIV dan faktor lainnya. Metode: Penelitian observasional dengan rancangan cross sectional study di klinik VCT Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi. Populasi adalah ODHA yang sedang menjalani terapi ARV. Pengambilan sampel dengan consecutive sampling. Variabel bebas adalah kriteria diagnosis,infeksi oportunistik, lama diagnosis, lama terapi ARV, akses ke pelayanan kesehatan dan karakteristik ODHA. Variabel terikat adalah kualitas hidup ODHA. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner terstruktur, WHOQOL-BREF dan data rekam medis responden. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara. Hasil: Sebanyak 89 responden dengan 66,29% adalah laki-laki dan 71,91% berumur antara 26-45 tahun. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan bermakna kriteria diagnosis HIV/ AIDS, lama diagnosis, lama terapi ARV, dukungan sosial, moda transportasi, biaya, jenis kelamin dan umur dengan kualitas hidup ODHA (p value < 0,05). Analisis multivariat untuk melihat variabel yang memiliki hubungan paling kuat dengan kualitas hidup ODHA yaitu moda transportasi (OR= 2,960; 95% CI= 1,148-7,628), umur, (OR= 4,151; 95% CI= 1,278-13,479), dukungan sosial (OR= 6,812; 95% CI= 1,423-32,601) dan lama terapi ARV (OR= 8,787; 95% CI= 1,747-44,190). Kesimpulan: Kualitas hidup ODHA lebih baik pada mereka yang menjangkau fasilitas kesehatan dengan kendaraan pribadi, kategori umur dewasa, memperoleh dukungan sosial dan telah menjalani terapi ARV 29 bulan. Peningkatan konseling kepada ODHA dalam masa-masa awal menjalani terapi ARV perlu dilakukan untuk selalu mempertahankan pengobatan dan memperoleh dukungan dari lingkungan sosialnya.

Background: Indonesia is one country in Asia with a growing HIV epidemic fastest. Surakarta is a city that has a high increase in cases each year. The program to prevent was ARV therapy with one of its goals to improve the quality of life (QOL) for people with HIV / AIDS (PLWHA). This study was to determine the QOL of PLWH based on the criteria for diagnosis of HIV and other factors. Method: Observational study with cross sectional study at the VCT clinic Regional General Hospital Dr. Moewardi. The population is HIV-positive people who are undergoing antiretroviral therapy. Sampling by consecutive sampling. The independent variable were the criteria for diagnosis, opportunistic infections, time since HIV diagnosis, duration of ARV therapy, access to health care and the characteristics of PLWH. The dependent variable is the QOL of PLWH. The research instrument using a structured questionnaire, WHOQOL-BREF and medical record data of respondents. Data collection conducted with the interview. Result: A total of 89 respondents with 66.29% were male and 71.91% were aged between 26-45 years. Analysis showed there were significant relationship criteria for diagnosis of HIV / AIDS, duration of ARV therapy, social support, modes of transport, cost, sex, and age with QOL of PLWH (p value <0.05). Multivariate analysis obtained by each variable that has the strongest association with the QOL of PLWH were modes of transport (OR= 2.960; 95% CI= 1.148-7.628), age (OR= 4,151; 95% CI= 1.278-13.479), social support (OR = 6,812; 95% CI= 1.423- 32.601) and duration of ARV therapy (OR = 8.787; 95% CI= 1.747-44.190). Conclusion: QOL of PLWH better for those who reach the health facilities by private vehicle, the adult age categories, obtain social support and had undergone antiretroviral therapy 29 months. Improved counseling to PLWHA in the early days of ARV therapy is necessary to always maintain treatment and get support from their social life.

Kata Kunci : Cross sectional study, quality of life, PLWH, Surakarta