WANGUN BARENG-BARENG STUDI TENTANG PRAKTIK GIG DI YOGYAKARTA
NINO CITRA A, Dr. G. R. Lono Lastoro Simatupang, M. A.
2016 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYAGig adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris slang yang mengacu kepada sebuah peristiwa pertunjukan musik langsung. Globalisasi yang diikuti dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membuat istilah itu sampai di kota Yogyakarta dan cukup marak berlangsung di kalangan anak muda. Berasal dari negeri yang jauh, tentu hal itu mengalami sejumlah penyesuaian tertentu Penelitian ini dimulai pada Januari sampai Juni 2015, tetapi beberapa kali saya datang ke lapangan sampai akhir tahun 2015 untuk melengkapi data. Penelitian ini bersifat kualitatif dan menggunakan metode etnografi untuk pengumpulan data. Narasumber yang dipilih adalah mereka yang kerap berpartisipasi di berbagai gelaran gig di Yogyakarta. Gig yang dipilih untuk dilihat secara lebih mendalam adalah gig-gig yang representatif di kalangan penggemar musik independen, seperti Homegrown dan Lelagu. Tetapi tidak terpancang di situ, sejumlah gig lain yang diadakan selama penelitian berlangsung pun turut tidak luput menjadi perhatian dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini ditemukan, bahwa gig merupakan peristiwa pertunjukan musik yang menyajikan musik independen dan digelar dengan skala yang kecil. Hal ini berbeda dengan praktek yang berlangsung di daerah asalnya, karena gig tidak terpancang pada musik independen saja. Suasana yang intim menjadi sesuatu yang khas dari gig dan membedakannya dari peristiwa pertunjukan lainnya, sebab di sana terjadi interaksi langsung yang tak berjarak antar partisipannya. Selain itu, gig dapat menjadi tempat bertemunya orang-orang yang memiliki satu ketertarikan yaitu musik independen. Meskipun, seolah-olah satu sama lain memiliki perasaan yang sama terhadap musik independen, hubungan yang terjadi antar partisipan dalam gig bukanlah sebagai sebuah komunitas, tetapi sebagai komunita yang sifatnya lebih sementara. Mereka menggunakannya untuk melepaskan diri sejenak dari status sosial mereka sebelumnya. Sementara itu, bagi para partisipan gig, komunitas ini sifatnya lebih sebagai suatu hal yang dibayangkan atas dasar ketertarikan yang sama yaitu musik independen dan segala hal yang berhubungan dengan itu.
Gig is a word which comes from English slang language and refers to certain live music event. Globalization, followed by the development of information and communication technology, has made that word arrived in Yogyakarta and practiced a lot by Yogyakartan youth. The fact that the word comes from a faraway land, makes it goes through certain adaptation. This research started in January until June 2015, but I went to the field several times to complete the data until the end of 2015. This is a qualitative research using ethnography method to collect the data. The informants are they who actively participate in some gigs in Yogyakarta. Those gigs that were chosen to be deeply observed are representative gigs among indie fans such as Homegrown and Lelagu. Not only based on that, some other gigs that had been held during the re-search also took a part on this research. In this research, I found that gig is a music performance event that presents indie music to the audience and held in small scale. This is different than the prac-tices that happened in its origin place, because gig is not only for indie music. In-timacy becomes something special for and distinguishes it from other performance events. Furthermore, it can be a meeting place for those who interested in indie music. Although, the participants seemingly have the same feelings about indie music; the relations between them, through the event, can't be seen as a community but communitas that is more temporary. They use the gig to escape for a while from their previous social group. Meanwhile, for them, the term com-munity itself is something imaginable, based on the same interest which is indie music and all things associated with it.
Kata Kunci : gig, indie, globalisasi, komunitas, komunita