Persepsi Orangtua terhadap Pendidikan Seks Dini pada Anak di Kota Dumai
RATNA ZAKIYAH, Dra. Yayi Suryo Prabandari, M.Si, Ph.D; DR. Dra. Atik Triratnawati, MA
2016 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan MasyarakatLatar Belakang : Selama tahun 2014, telah terjadi peningkatan kasus kekerasan seksual pada anak (KSA) di Kota Dumai. Salah satu cara melindungi anak dari kekerasan seksual adalah dengan memberikan pendidikan seksualitas dini pada anak. Namun, pendidikan seks masih menjadi topik perbincangan tabu di dalam keluarga. Padahal keluarga merupakan agen sosialisasi pertama bagi anak. Menurut teori Health Belief Model, terdapat 4 hal penting yang mempengaruhi seseorang untuk mengubah perilakunya, yaitu: apabila seseorang merasa rentan, merasa masalah tersebut serius, tidak ada yang menghalangi dan merasa diuntungkan dengan perilaku tersebut. Menggali persepsi orangtua terhadap pendidikan seks dini pada anak akan memberikan informasi tentang langkah intervensi yang terbaik melalui pendidikan seks. Metode Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif dengan pendekatan kualitatif. Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan purposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan focus group discussion (FGD) sebanyak 1 kali dan wawancara mendalam. Analisis yang digunakan adalah content analysis. Hasil Penelitian : Pengetahuan orangtua terhadap kasus kekerasan seksual pada anak (KSA) masih minim. Faktor penghambat utama yang menghalangi orangtua memberikan pendidikan seksualitas dini pada anak adalah ketidaknyamanan, persepsi ketidaksiapan anak dan ketidaktahuan cara menyampaikan pendidikan seksualitas pada anak. Ketersediaan informasi yang cukup tentang seksualitas, komunikasi yang baik dan adanya peran ayah dalam pendidikan seksualitas akan memudahkan orangtua dalam memberikan pendidikan seksualitas dini pada anak. Kesimpulan : Orangtua masih mengganggap pendidikan seksualitas sebagai topik pembicaraan yang tabu dalam keluarga. Tenaga promosi kesehatan hendaknya lebih dapat memanfaatkan forum-forum yang melibatkan orangtua, seperti posyandu atau pertemuaan komite sekolah, untuk mensosialisasikan pendidikan seksualitas dini yang tepat bagi anak.
Background : During the year of 2014, there has been a rise in cases of children sexual abuse (CSA) in Kota Dumai. One way to protect the children from sexual abuse is to provide sexuality education in early childhood. However, sex education is still a taboo topic of conversation in the family. Though, the family is the first agent of socialization for children. According to the theory of Health Belief Model, there are four important things that affect a person to change their behavior, i.e. when a person feels vulnerable, feels the problem is serious, there is no barrier and feel disadvantaged by such behavior. Excavate the perception of parents against the early sex education for children, will provide information about the best intervention measures through sex education. Research Methods : This study was a descriptive exploratory study with a qualitative approach. Selection of research subjects is done by purposive sampling. Data were collected by focus group discussion (FGD) and in-depth interviews. The analysis being used was content analysis. Results : Knowledge of parents in cases of children sexual abuse (CSA) is still low. The main barrier factors that prevent parents provide sexuality education in early childhood is an inconvenience-felt, the perception of the child unpreparedness and nescience of how to deliver sexuality education in children. The availability of adequate information about sexuality, good communication and the role of fathers in sexuality education will facilitate the parents in providing sexuality education in early childhood. Conclusion : Parents need to get more socialization of CSA cases that occurred in the city of Dumai. Health promotor should be able to take advantage of the forums that involve parents, such as posyandu or school committee meeting, to promote early appropriate sexuality education for children.
Kata Kunci : pendidikan seks, orangtua, Health Belief Model, anak, kekerasan seksual