Laporkan Masalah

ASI EKSKLUSIF SEBAGAI FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 6 – 24 BULAN DI KOTA YOGYAKARTA

FARIANI HIDAYAH, Prof. dr. M. Juffrie, SpAK, Ph.D.

2013 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar belakang: Stunting atau pendek merupakan salah satu masalah gizi balita. Stunting merupakan kegagalan pertumbuhan lin ier dengan defisit dalam panjang badan menurut umur < -2 z-skor berdasarkan rujukan baku pertumbuhan World Health Organization. Banyaknya jumlah anak yang mengalami stunting memberikan indikasi di masyarakat ada masalah yang berlangsung cukup lama. Stunting dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya pemberian ASI eksklusif. Kota Yogyakarta cakupan ASI eksklusifnya masih rendah (46,37%) dan prevalensi balita stunting mencapai 15,92%. Oleh karena itu perlu dipelajari ASI eksklusif sebagai faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan. Tujuan: Menganalisis ASI eksklusif sebagai faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 6 - 24 bulan di kota Yogyakarta. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan case control study. Populasinya adalah seluruh anak usia 6-24 bulan di Kota Yogyakarta. Subyek penelitian adalah seluruh anak usia 6-24 bulan yang tercatat pada register balita posyandu di 3 wilayah kecamatan (Umbulharjo, Tegalrejo dan Kotagede) dan orangtuanya tinggal di lokasi penelitian dengan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel 121 kasus dan 121 kontrol. Analisa data secara univariat, bivariat menggunakan Chi-square, dan multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda. Hasil: Penelitian ini menunjukkan sebanyak 39,67 % anak mendapatkan ASI eksklusif dan 60,33% tidak ASI eksklusif. Analisis bivariat menunjukkan ada hubungan bermakna antara ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan di Kota Yogyakarta (p=0,03; OR=1,74) sehingga dapat dikatakan anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif berisiko 1,74 kali mengalami stunting dibandingkan anak yang mendapatkan ASI eksklusif. Analisis multivariat dengan mengontrol variabel usia anak, berat bayi lahir, tinggi badan ibu dan status menyusu menunjukkan hubungan ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan di Kota Yogyakarta menjadi tidak bermakna (p=0,49 ; OR=1,23) sehingga dapat dikatakan anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif berisiko 1,23 kali mengalami stunting dibandingkan anak yang mendapatkan ASI eksklusif. Kesimpulan: Risiko kejadian stunting pada anak usia 6 – 24 bulan akan meningkat sebesar 74% pada anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif, tetapi risiko ini menjadi tidak bermakna setelah dilakukan kontrol terhadap variabel usia anak, berat bayi lahir, tinggi badan ibu dan status menyusu.

Background: Stunting is one of the problems of nutritional toddler. Stunting is a linear growth failure with a deficit in body length for age <-2 z-scores based on standard reference growth of World Health Organization. A large number of children who experience stunting give an indication in the community there is a problem that goes on long enough. Stunting is influenced by many factors such as exclusive breastfeeding. Yogyakarta City coverage is still low exclusive breastfeeding (46.37%) and the prevalence of stunting toddler reaches 15.92%. Therefore the need to be studied exclusively breastfeeding as risk factors of stunting in children aged 6-24 months. Objective: Analyze exclusive breastfeeding as a risk factor for the incidence of stunting in children aged 6-24 months in the Yogyakarta City. Methods: This study is an observational study with case control study design. It’s population is all children aged 6-24 months in the Yogyakarta City. The subjects were all children aged 6-24 months were recorded in the register a toddler posyandu in 3 subdistricts (Umbulharjo, Tegalrejo and Kota gede) and his parents lived at the study site of inclusion and exclusion criteria. Number of samples 121 cases and 121 controls. Univariate data analysis, bivariate using Chi-square, and multivariate using multiple logistic regression. Result: This research shows as much as 39.67% of the children were exclusively breastfeeding and 60.33% are not exclusively breastfeeding. Bivariate analysis showed there is statistically significant association between exclusive breastfeeding with the inci dence of stunting in children aged 6-24 months in the Yogyakarta City (p= 0.03; OR= 1.74) so that it can be said children who are not exclusively breastfeeding 1.74 times the risk of experiencing stunting than children who were exclusively breastfeeding. Multivariate analysis with control variables age, birth weight, maternal height and breastfeedin g status of exclusive breastfeeding showed a relationship with the incidence of stunting in children aged 6-24 months in Yogyakarta City became non-significant (p = 0.49; OR = 1.23) so it can not be said that children exclusively breastfed 1.23 times the risk of experiencing stunting than children who were exclusively breastfed. Conclusion: Incidence risk of stunting in children aged 6-24 months will increase by 74% in children who are not exclusively breastfed, but this risk became nonsignificant after controlling for the variables age, birth weight, maternal height and breastfeeding status.

Kata Kunci : Faktor risiko, ASI eksklusif, stunting, anak 6-24 bulan.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.