Laporkan Masalah

ANTARA OTORITAS DAN SIMBOL: BABU DALAM KELUARGA-KELUARGA EROPA DI JAWA PADA 1900-1942

ARDELA IGA PRATIWI, Dr. Mutiah Amini, M. Hum

2018 | Tesis | MAGISTER SEJARAH

Tulisan ini membahas tentang keberadaan babu dalam keluarga Eropa di Jawa. Pada abad ke-20, jumlah perempuan totok dan Indis yang bekerja terus bertambah. Keadaan itu membuat mereka membutuhkan jasa babu untuk membantu menjaga dan merawat anak-anaknya selama mereka bekerja. Perempuan-perempuan Eropa yang tidak bekerja pun membutuhkan jasa babu, karena mereka tidak mampu untuk mengurus sendiri anak-anaknya. Melalui tugas-tugas pekerjaannya sebagai pengasuh anak, babu berperan sebagai jembatan budaya dalam mengakrabkan anak-anak Eropa dengan kehidupan masyarakat Jawa. Akibatnya anak-anak menjadi mengadopsi kehidupan masyarakat Jawa, yang mana hal tersebut dianggap menjadi suatu kemunduran. Buku-buku panduan rumah tangga dan majalah-majalah perempuan yang mulai banyak terbit pada awal abad ke-20, menjadi media untuk menampung gambaran-gambaran buruk tentang babu. Secara tidak langsung hal tersebut membangun stigma atas diri babu-babu pribumi. Upaya-upaya pengontrolan, pendisiplinan, dan pengedukasian dilakukan majikan untuk membentuk babu yang berkualitas dan profesional. Di samping itu juga untuk kepentingan perlindungan terhadap anak-anak. Tulisan ini bertujuan untuk menambah kajian sejarah kelompok masyarakat marginal. Tulisan ini menggunakan sumber-sumber seperti buku panduan rumah tangga, majalah, surat kabar, dan cerita-cerita pengalaman. Selain itu penelitian in juga menggunakan sumber film dan foto-foto yang terkait dengan kehidupan orang-orang Eropa di Jawa

This research discuss about the existence of babu in European families in Java. In the 20th century, the number of Totok and Indis women working continued to grow. That situation makes them need babu's services to help keep and care for their children during their work. The unemployed European women also need babu's services, because they can not afford to take care of their own children. Through his work assignments as a nanny, Babu acts as a cultural bridge in familiarizing European children with Javanese life. As a result, children become adopted by Javanese life, which is considered to be a setback. Household guidebooks and women's magazines that began to be widely published in the early 20th century became media to accommodate bad images about babu. Indirectly it builds stigma on the indigenous babu. Control, disciplinary and educating efforts are carried out by the employer to make qualified and professional babu. In addition, it is also for the benefit of the protection of children. This research is aim to increase the historical study of the marginalized group. This research use sources such as household manuals, magazines, newspapers, and experience stories. This research also use sources of film and photos related to the life of European people or families in Java.

Kata Kunci : babu, anak-anak Eropa, jembatan budaya, stigma, profesional

  1. S2-2018-404382-abstract.pdf  
  2. S2-2018-404382-bibliography.pdf  
  3. S2-2018-404382-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2018-404382-title.pdf