Laporkan Masalah

KONTESTASI ELITE LOKAL DALAM PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERTAMINA HULU ENERGI WEST MADURA OFFSHORE (PHE WMO)

SARI HANDAYANI, Prof. Dr. Susetiawan, S.U. ; Drs. Suparjan, M.Si.

2017 | Tesis | S2 PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN

Penelitian ini dilakukan di salah satu wilayah pengembangan masyarakat Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) yaitu Desa Kusumah, Kecamatan Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan. Desa Kusumah hampir sama dengan wilayah lain di Pulau Madura, memiliki elite lokal berupa kiai dan blater yang cukup memiliki peranan di kehidupan masyarakat. Pelaksanaan program corporate social responsibility (CSR) di wilayah pengembangan masyarakat pada kondisi ideal berada di bawah pengawasan pihak pemerintah desa setempat. Realita yang dihadapi PHE WMO berbeda, elite lokal tersebutlah yang kekuatannya lebih dominan dibanding dengan kekuatan kepala desa (klebun) sendiri. Terlebih di antara elite lokal tersebut terlibat di dalam kontestasi terkait perebutan akses pelaksanaan program CSR. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kontestasi elite lokal dalam pelaksanaan progam CSR PHE WMO. Tujuan tersebut dapat digali dengan melihat struktur sosial dan peta kekuasan elite lokal, dinamika perebutan akses program CSR PHE WMO dan implikasi dari para penerima manfaat akibat kontestasi elite lokal tersebut. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan didukung teknik indepth interview, observasi dan studi pustaka dalam proses pengumpulan data. Pada penelitian ini peneliti menggunakan pemikiran Bourdieu terkait habitus, arena dan kapital dalam menganalisis kontestasi yang terjadi di Desa Kusumah. Temuan penelitian menggambarkan bahwa struktur sosial di Desa Kusumah yang terlibat di arena kontestasi terdiri dari kiai, blater dan kiai-blater. Blater mendominasi pemanfaatan kapital dalam mengakses program CSR PHE WMO. Proses distribusi bantuan dikuasai oleh tokoh informal dari kelompok blater. Terdapat dua kelompok blater yang dominan di dalam arena kontestasi. Kubu Abah Matsuri yang kini mendominasi arena kontestasi dan Kubu Abah Marsono yang pernah menjadi mitra pelaksanaan Program CSR PHE WMO. Kontestasi dalam arena pelaksanaan program CSR PHE WMO di Desa Kusumah menggeser keberadaan tokoh formal dalam hal ini adalah kepala desa (klebun). Blater (Abah Matsuri) berperan sebagai patron dan masyarakat penerima manfaat sebagai client. Blater sebagai penentu bantuan Program CSR terhadap penerima manfaat. Memetakan strategi baru pasca eksistensinya Abah Matsuri merupakan salah satu langkah yang tepat guna melakukan tindakan preventif dari terjadinya gangguan pelaksanaan program CSR PHE WMO pada kemudian hari. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kontestasi elite lokal ditandai dengan strategi memainkan kapital. Pada tingkat ini, kapital yang menonjol adalah kapital simbolik sebagai strategi utama memunculkan relasi kuasa. Dalam arena kontestasi, mereka yang memiliki kapital simbolik sangat kuat ialah yang menguasai relasi kuasa. Dalam kontestasi pada pelaksanaan Program CSR PHE WMO di wilayah Madura menunjukkan kapital simboliklah yang paling kuat. Meski tiga kapital lainnya, yaitu kapital ekonomi, budaya dan sosial bukan dianggap tidak ada. Strategi utamanya melalui kapital simbolik.

This research was located in one of community development area Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), Desa Kusumah, Kecamatan Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan. Desa Kusumah has similiarity with the other area on Madura Island, of which the local elites -consist of kiai and blater, have roles in communities. Corporate Social Responsibility (CSR) implementation ideally is supervised by the village government. The reality in the case of PHE WMO is different due to the local elites are more powerful than the head of village government. Moreover, these local elites are also involved in contestation to get access of the CSR implementation. The local elites' contestation in PHE WMO's CSR implementation is the main focus of this research. In order to achieve this, the researcher discovers the information of social structure and map of power; the dynamics behind the struggles for accessing the CSR implementation; and the implications for its beneficiaries due to the local elites' contestation. The researcher uses qualitative research method, while using the in-depth interview, observation, and literature review to collect the data. The researcher uses Bourdieu framework of capital, arena, and habits to analyze the local elites' contestation at Desa Kusumah. This research shows that the social structure in Desa Kusumah consists of kiai, blater, and kiai-blater. Blater dominates the use of capital in the contestation arena when accessing the CSR PHE WMO program. The distribution process itself is under the supervision of the informal actors from blater group. There are two dominant blater groups in the contestation arena. Abah Matsuri's group, who is dominating the contestation arena, and Abah Marsono's group, who was once partnered to implement the CSR PHE WMO program. The contestation in arena implementation of CSR PHE WMO program at Desa Kusumah has been replacing the formal role of the head of village government (klebun). Blater (Abah Matsuri) has become the patron and the beneficiaries have become the client. Blater rules the distribution of the CSR PHE WMO program. To map the new strategies for the CSR PHE WMO program implementation should Abah Matsuri is deceased, will be seen as a preventive action from any disruption that may caused in the future. Reflection from this research, local elite contestation are marked with a strategy of capital organize. At this level, the capital that stands out is the symbolic capital as a key strategy which raises power relations. In the arena of contestation, they have a very strong symbolic capital; that is the master power relations. In a dispute on the implementation of CSR PHE WMO program in Madura, shows the symbolic capital is the strongest. Although three other capital, such as economic, cultural and social capital are not considered absent. Its main strategy is through the symbolic capital.

Kata Kunci : kontestasi, habitus, arena, kapital, pelaksanaan program corporate social responsibility / contestation, habitus, arena, capital, corporate social responsibility implementation