Konsepsi penanganan bencana yang berubah dari merespon kejadian bencana menjadi melakukan pengurangan potensi kerugian sebelum terjadi bencana. Kerangka kerja aksi Hyogo merupakan kesepakatan dunia mengenai bentuk penanganan bencana dengan tujuan bersama membentuk ketangguhan dunia. Penyusun ketangguhan dunia salah satunya dengan membentuk ketangguhan pemerintah lokal dalam penyusunan perencanaan pembangunan yang memuat pengurangan risiko bencana. Kabupaten Kebumen telah melakukan upaya penilaian mandiri menggunakan poin turunan Kerangka Kerja Aksi Hyogo yakni Local Government Self Assesment Tools pada dua periode waktu tetapi peningkatan nilai hanya sebesar 0.4 poin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keterkaitan antar poin dalam hasil penilaian LG-SAT dan bagaimana implementasi hasil penilaian dalam perencanaan pembangunan sehingga dapat diketahui bagaimana strategi upaya pengurangan risiko bencana dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Kebumen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis SWOT. Metode analisis deskriptif menggunakan matriks keterkaitan antar variabel dan analisis SWOT menggunakan tabel strategi internal dan eksternal perencanaan pembangunan wilayah Kabupaten Kebumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap variabel telah menunjukkan dukungan untuk upaya pengurangan risiko bencana dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Kebumen, tetapi masih bersifat merespon kejadian bencana karena variabel pemanfaatan sumberdaya dalam mencapai tujuan perencanaan belum dimaksimalkan terbukti dengan masih dominannya variabel pelaku perencanaan dan pengendalian pengawasan atau dalam perencanaan sebagai bentuk evaluasi. Strategi perencanaan pembangunan Kabupaten Kebumen kedepan dengan memanfaatkan sumberdaya sebagai bentuk investasi untuk fase tanggap darurat. Kata kunci : wilayah, penguangan risiko bencana, perencanaan pembangunan.

The concept of disaster management changes from responding to disaster events into reducing potential losses before the disaster occurs. Hyogo framework for action is a worldwide agreement about the form of disaster management with the common goal of building world resilience. One of them is by building resilience of local governments in development planning that includes disaster risk reduction. Kebumen has done an attempt of self-assessment using derivative points Hyogo Framework for Action that Local Government Self Assessment Tools at two periods, but the increase in value is only 0.4. This research aims to find out the connection between points in the LG-SAT assessment results and the assessment result implementation in development planning so that the strategy for disaster risk reduction in Kebumen development planning can be seen. The methods used in this research are descriptive analysis and SWOT analysis. Descriptive analysis method uses a matrix of linkages between variables and SWOT analysis uses internal and external strategy table for Kebumen Regencydevelopment planning. The result shows that each variable has shown support for disaster risk reduction in Kebumen Regency development planning, but it still responds to disaster events because the variable of resource utilization to achieve the planning goal is not maximized, as evidenced by the prevalence of the planning and supervision control performer variable or in the planning as evaluation form. The future Kebumen Regency development planning strategy is by using resources as a form of investment for the emergency response phase. Keywords: area, disaster risk reduction, development planning

Kata Kunci : wilayah, pengurangan risiko bencana, perencanaan pembangunan